Candi Morangan dan Keindahannya

    Candi Morangan adalah salah satu candi yang hanya berjarak 16 km dari puncak gunung Merapi. Candi ini berada di tengah permukiman warga dengan pemandangan alam yang sangat indah. Lingkungan di sekitar candi berupa pepohonan yang rindang, udara yang sejuk, hamparan sawah yang hijau, aliran sungai yang bersih, serta kemegahan gunung Merapi di kejauhan. Candi Morangan juga merupakan salah satu candi yang terkubur di dalam tanah akibat lahar dingin dari erupsi gunung Merapi. Beberapa candi lain yang mengalami nasih serupa, yaitu candi Gampingan, candi Sambisari, situs Mantup, candi Kedulan, candi Kadisoka, candi Kimpulan, situs Payak, situs Klodangan, dan situs Palgading

    Keterangan: Pengamatan dilakukan pada tanggal 16 Maret 2024

Lokasi

    Candi Morangan berada di Padukuhan Morangan, Kalurahan Sindumartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Papan penunjuk jalan menuju ke candi Morangan berada di Jalan Jolanan Raya. Selain itu, petunjuk lain untuk jalan masuk ke candi adalah sebuah tugu Semar penanda wilayah RW 11 Dusun Tambakan. Jalan menuju ke candi Morangan adalah jalan kampung yang sudah diaspal. Mobil bisa lewat jalan ini, tetapi pengunjung tetap harus berhati-hati saat berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan dan mobil harus melaju dengan pelan. 

Fasilitas

    Tidak ada tempat parkir khusus yang disediakan untuk pengunjung candi Morangan. Pengunjung bisa memarkirkan kendaraan di pinggir jalan asalkan tidak menutupi jalan.

Sejarah Penemuan Candi

    Candi Morangan pertama kali ditemukan pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1884. Kondisinya berupa reruntuhan yang tertimbun oleh tanah, ditutupi oleh semak, dan banyak pohon tumbuh di sekitarnya. Penemuan candi Morangan telah didokumentasikan oleh Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie (Jawatan Purbakala di Hindia Belanda) dalam buku Rapporten van den Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie (ROD) tahun 1915. Buku tersebut berisi tentang data pencatatan dan deskripsi fisik dari benda-benda purbakala yang ditemukan di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Namun, penanganan terhadap candi Morangan berhenti setelah pemerintah kolonial Belanda meninggalkan Indonesia. Akibatnya, candi Morangan kembali tertutup tanah. 

    Kemudian, pemilik tanah dari candi Morangan melaporkan keberadaan candi pada tahun 1965 kepada BP3. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta (sekarang bernama Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta) menanggapi laporan tersebut dengan mengadakan eksakavasi lanjutan terhadap candi Morangan pada tahun 1982. Posisi candi saat itu berada pada kedalaman 2,5 meter di bawah permukaan tanah dan sebagian batu-batu candi berada di atas permukaan tanah. Hasil kegiatan ekskavasi terhadap candi Morangan, antara lain:

  1. Satu candi induk menghadap ke barat
  2. Satu candi perwara menghadap ke timur dan posisinya berada di barat laut candi induk (berhadapan dengan candi induk)

    Sayangnya, ekskavasi tersendat oleh masalah biaya sehingga kegiatan ekskavasi dihentikan sementara. 

    Kerusakan pada candi Morangan disebabkan oleh aktivitas vulkanik gunung Merapi yang jaraknya hanya sekitar 16 km dari candi Morangan. Selain itu, lokasi candi diapit oleh dua sungai, yaitu sungai Gendol yang berjarak 100 meter di sebelah timur candi dan sungai Opak yang berjarak 600 meter di sebelah barat candi. Hal ini menyebabkan luapan lahar dingin yang menerjang kedua sungai tersebut membawa endapan material vulkanik yang menutupi candi Morangan, khususnya lahar dingin dari luapan sungai Gendol. Kondisi ini bisa dibuktikan dengan jenis tanah di lokasi candi yang didominasi oleh pasir berkerikil. 

Deskripsi Fisik Candi Morangan

    Candi Morangan terdiri dari dua candi, yaitu satu candi induk dan satu candi perwara. Kedua candi dibangun dari batu andesit. Deskripsi fisik dari candi induk, yaitu

  1. Bagian pondasi dan kaki candi berada di kedalaman 4 meter di bawah permukaan tanah
  2. Tinggi batur (pondasi) dan kaki candi adalah 3,20 meter
  3. Bentuk candi utama adalah bujur sangkar berukuran 7,9 meter x 7,9 meter
  4. Bagian tangga berada di sisi barat sehingga candi induk menghadap ke barat. Lebar tangga adalah 1,7 meter
  5. Lantai selasar candi antara 0,5 meter – 0,7 meter dan ketinggian seluruh lantai selasar belum diketahui dengan pasti
  6. Tubuh candi terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berukuran 3,76 meter x 3,76 meter dan tingginya (tanpa pelipit batas) adalah 1,55 meter. Bagian kedua berukuran 3,76 meter x 3,76 meter dan tingginya adalah 1,9 meter (termasuk pelipit batas tubuh candi dengan atap candi). Tubuh candi bagian pertama berada di atas kaki candi dan tubuh candi bagian kedua berada di atas tubuh candi bagian pertama.
  7. Candi induk terdiri dari bingkai persegi, sisi genta, takuk ganda, dan belah rotan

    Berdasarkan percobaan penyusunan kembali bagian atap candi utama, bentuk atap candi diperkirakan bertingkat dengan hiasan kemuncak. Selain itu, deskripsi fisik dari candi perwara, yaitu

  1. Bentuk candi perwara adalah bujur sangkar berukuran 4,08 meter x 4,08 meter
  2. Candi perwara hanya tersisa bagian kaki candi dan sebagian kecil tubuh candi
  3. Tinggi kaki candi adalah 1,56 meter
  4. Tubuh candi berukuran 2,5 meter x 2,5 meter
  5. Bagian kaki candi perwara sisi utara miring karena kaki candi telah terlepas dengan batur candi

    Candi utama dan candi perwara belum dapat direkonstruksi karena banyak batu-batu candi yang belum ditemukan.

Temuan dan Relief di Candi Morangan

    Candi Morangan memiliki banyak temuan dan relief unik yang jarang ditemukan di candi lainnya. Relief-relief tersebut diukir di bagian kaki dan tubuh candi. Beberapa relief dan temuan di candi Morangan, antara lain:

    1. Arca Nandi

        Nandi merupakan hewan suci kendaraan Dewa Siwa

    2. Relung berpahatkan arca Agastya

    3. Tiga buah yoni

    Salah satu yoni berukuran besar berada di candi induk. Namun, cerat dari yoni ini sudah tidak ada karena rusak. Temuan arca Nandi, yoni, dan arca Agastya menunjukkan bahwa candi Morangan adalah candi Hindu. 

    4. Banyak antefiks dengan ukiran sulur-suluran dan hiasan kudu (kepala arca) di tengah antefiks. 

        Bentuk kudu jarang ditemukan pada candi lain. Beberapa candi yang memiliki ukiran kudu, antara lain candi Bima di Dieng, candi Gebang, candi Mantup, candi Ijo, candi Borobudur, candi Arjuna dan candi Sojiwan di Klaten. 

Dokumentasi pribadi: Gambar Atas: Kudu dalam Antefiks di Candi Morangan; Gambar Bawah: Candi Perwara di Candi Morangan

    5. Relief binatang, seperti kijang, kelinci, ayam, burung, kambing. gajah, singa, dan kera
    6. Arca-arca pengisi relung sisi utara, barat, dan selatan tubuh candi perwara
        Arca-arca tersebut telah diamankan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta
    7. Satu panil relief yang diperkirakan adalah bagian dari cerita Tantri Kamandaka
        Panil relief ini adalah salah satu keunikan candi Morangan yang membedakannya dari candi lain. Tantri Kamandaka adalah kisah tentang seekor harimau yang tertipu oleh seekor kambing. Relief tersebut biasanya ditemukan pada candi Buddha sehingga keberadaannya di candi Morangan yang merupakan candi Hindu sangat unik. 
    8. Relief kepala kala di atas relung candi
    9. Relief Kirtimukha
    10. Relief ayam jantan yang disangga oleh Gana. Gana adalah pengawal Dewa Siwa, sedangkan ayam jantan adalah hewan yang sering dijadikan binatang persembahan
    11. Relief dua wanita menunggangi gajah
        Gajah adalah simbol kehormatan dan kemegahan kerajaan karena hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki gajah pada masa lalu
    12. Relief tiga orang resi yang membawa kitab lontar dan bunga teratai
    13. Relief wanita mengapit kendi besar sekaligus membawa kendi-kendi berukuran kecil
        Kendi menyimbolkan wadah yang berisi air suci yang dapat digunakan untuk menghapus dosa
    14. Relief dua pria mengapit bunga
        Relief ini diperkirakan menggambarkan salah satu proses upacara keagamaan di dalam agama Hindu
    15. Gaya seni arca pada candi Morangan memiliki hiasan pita besar di kiri dan kanan pinggang arca
        Hiasan pita pada arca tersebut juga ditemukan pada arca-arca di candi Prambanan. Tidak ada prasasti yang menginformasikan tentang waktu pembangunan candi Morangan sehingga gaya seni arca di candi Morangan tersebut menjadi temuan untuk memperkirakan waktu pembangunan candi Morangan, yaitu sekitar abad ke-9 M pada masa kerajaan Mataram Kuno.

Kondisi Candi Morangan

    Pada saat pengamatan dilakukan, candi Morangan masih belum selesai dipugar. Candi perwara dan candi induk masih dalam kondisi yang sama sejak ekskavasi sebelumnya. Kedua candi berada di dalam sebuah lubang berukuran besar. Candi induk ada di sudut tenggara lubang, sedangkan candi perwara ada di sudut barat laut lubang. Selain itu, terdapat sebuah lubang ekskavasi yang dalam dan sempit di sebelah barat candi dan sebuah lubang ekskavasi di candi perwara untuk melihat kaki candinya. Pada musim hujan, lubang ekskavasi akan tergenang oleh air sehingga kaki candi perwara tidak akan terlihat. 

Dokumentasi pribadi: Batu Lepas dari Candi Morangan

    Di sebelah barat candi terdapat banyak batu lepas dari bagian-bagian candi, seperti relief, antefiks, kemuncak, kepala kala, dan lainnya. Batu lepas dari bagian candi lainnya juga diletakkan di sebelah selatan candi dan bersebelahan dengan kandang sapi. Beberapa batu lepas berhasil disatukan sehingga dapat memperlihatkan bentuk utuh dari bagian candi.  

    Sumber:
  1. Chawari, M. (2005). Permasalahan Restorasi Dan Konservasi Penerapannya pada Candi Morangan. Yogyakarta. Berkala Arkeologi. 25(1). 23–30.
  2. Sedyawati, E., dkk. (2013). Candi Indonesia Seri Jawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  3. Candi Morangan, Reruntuhan Masa Lalu di Selatan Merapi. (2019, Januari 16). Diakses pada Maret 26, 2024 dari travel.kompas.com: https://travel.kompas.com/read/2019/01/16/140404527/candi-morangan-reruntuhan-masa-lalu-di-selatan-merapi#google_vignette pukul 13.06 WIB
  4. Memperingati Hari Purbakala ke-110 dengan Mengenang Sejarah Pelestarian Kebudayaan di Indonesia. (2023, Juni 14). Diakses pada Maret 26, 2024 dari www.melintas.id: https://www.melintas.id/budaya/34988098/memperingati-hari-purbakala-ke-110-dengan-mengenang-sejarah-pelestarian-kebudayaan-di-indonesia?page=2 pukul 13.10 WIB
  5. Candi Morangan, Bukti Sejarah yang Tak Boleh Dilupakan. (2020, April 9. Diakses pada Maret 26, 2024 dari visitingjogja.jogjaprov.go.id: https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/26427/candi-morangan-bukti-sejarah-yang-tak-boleh-dilupakan/ pukul 14.10 WIB
  6. Papan informasi di candi Morangan

Komentar