Candi Borobudur
Siapa yang tak kenal dengan Borobudur?
Dokumentasi pribadi: Arca Buddha di Candi Borobudur |
Bagi masyarakat di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah sudah tidak asing lagi dengan monumen Buddha ini. Tak disangka, Borobudur merupakan candi atau kuil Buddha terbesar di dunia. Kita kenal dan mengakui Angkor Wat sebagai salah satu monumen terbesar di dunia, tapi jangan lupa dengan Borobudur yang tak kalah megahnya. Seperti candi Buddha di Indonesia lainnya, stupa menjadi ornamen yang banyak ditemukan pada Candi Borobudur. Di dalam stupa tersebut ada patung Buddha yang duduk bersila. Secara keseluruhan, terdapat 504 arca Buddha (72 arca di dalam stupa berterawang/berlubang dan 432 dalam relung terbuka) yang tersebar dalam 3 tiruan alam semesta, yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu.
Menurut sejarah, Borobudur didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an masehi oleh dinasti Syailendra. Faktanya, pada masa tersebut terdapat dua dinasti besar yang berkuasa, yaitu Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu dan dinasti Syailendra yang menganut agama Buddha. Pada saat Dinasti Syailendra mendirikan Candi Borobudur sebagai wujud kekuasaannya, Dinasti Sanjaya yang saat itu dipimpin oleh Rakai Pikatan tidak mau kalah. Ia mendirikan Candi Prambanan pada 850-an masehi sebagai tandingan Borobudur sekaligus menunjukkan kekuasaan dinasti Hindu di tanah Jawa. Namun, kedua dinasti yang terpisah ini pada akhirnya bersatu dalam pernikahan secara politik antara Rakai Pikatan dan Pramudyawardani.
Untuk pertama kalinya dunia menyadari keberadaan candi Borobudur ini sejak ditemukan pada 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jendral Inggris atas Jawa. Beliau memang menghargai situs bersejarah seperti Borobudur, sehingga kelestariannya tetap terjaga. Sejak saat itu, berbagai upaya penyelamatan dan pemugaran (perbaikan kembali) dilakukan untuk memperbaiki berbagai kerusakan yang ada di candi akibat akar-akar tanaman, erupsi Gunung Merapi, dan lepasnya beberapa batu dan relief. Memang perlu waktu lama untuk merekonstuksi berbagai ornamen khususnya relief yang menceritakan perjalanan hidup Buddha sampai mendapatkan pencerahan. Saat ini kita dapat menikmati keindahan Candi Borobudur berkat kerja keras pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO yang menyelenggarakan pemugaran terbesar dalam kurun waktu 1975 hingga 1982. Selain itu, Borobudur masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.
Stupa paling besar di Candi Borobudur yang berada di bagian puncak juga memiliki keunikan. Di dalam stupa terbesar ditemukan sebuah patung Buddha yang tidak sempurna atau belum selesai. Pada tahun 1907-1911, Van Erp, pemimpin pemugaran Borobudur menemukan patung ini. Namun, karena tidak ada bukti yang meyakinkan asal-usulnya, ia meletakkannya di bawah pohon kenari di halaman candi. Tindakan ini dikritik oleh beberapa arkeolog karena Van Erp tidak mengembalikannya ke dalam stupa utama. Pada pemugaran selanjutnya, patung yang tidak selesai ini tetap berada di luar stupa utama karena tidak mungkin untuk melubangi lagi stupa yang sudah ditutup oleh Van Erp. Ada yang mengatakan bahwa patung ini memang sengaja dibuat rusak atau tidak selesai.
Selain itu, di bagian puncak stupa utama sebenarnya ada susunan batu berbentuk payung susun tiga dari batu yang menjadi kemuncak atau mustaka stupa utama Borobudur bernama chattra. Chattra ini adalah hasil rekronstruksi dari Van Erp berdasarkan batu-batu asli penyusun chattra. Namun, karena hanya sedikit batu asli yang tersisa dan bentuk kemuncak ini hanya perkiraan saja, maka Van Erp merasa keabsahan bentuk dari chattra ini kurang dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya, Ia menyimpan chattra hasil rekronstruksinya ke museum. Museum Karmawibhangga menjadi tempat menyimpan patung Buddha yang tidak sempurna, chattra, dan relief-relief yang tidak dipasang di bangunan candi karena belum diketahui pasti posisi aslinya dan hilangnya bagian-bagian penghubungnya.
Selain itu, di bagian puncak stupa utama sebenarnya ada susunan batu berbentuk payung susun tiga dari batu yang menjadi kemuncak atau mustaka stupa utama Borobudur bernama chattra. Chattra ini adalah hasil rekronstruksi dari Van Erp berdasarkan batu-batu asli penyusun chattra. Namun, karena hanya sedikit batu asli yang tersisa dan bentuk kemuncak ini hanya perkiraan saja, maka Van Erp merasa keabsahan bentuk dari chattra ini kurang dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya, Ia menyimpan chattra hasil rekronstruksinya ke museum. Museum Karmawibhangga menjadi tempat menyimpan patung Buddha yang tidak sempurna, chattra, dan relief-relief yang tidak dipasang di bangunan candi karena belum diketahui pasti posisi aslinya dan hilangnya bagian-bagian penghubungnya.
Dalam perjalanan sejarahnya, Borobudur tak lepas dari ancaman kerusakan akibat alam ataupun perbuatan manusia. Sejak pertama kali ditemukan, Borobudur dalam keadaan yang sangat rawan dengan kerusakan bila tidak segera dibersihkan. Namun ada saja oknum yang berusaha mencuri kepala Buddha. Sebenarnya tidak diketahui secara pasti apakah kepala Buddha ini hilang sebelum pemugaran atau setelah pemugaran pertama yang dilakukan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1907. Terdapat 248 arca Buddha dengan kondisi tanpa kepala. Hingga kini Balai Konservasi Borobudur terus melakukan pencarian kepala Buddha yang hilang, mulai dari kawasan sekitar Borobudur maupun penyelidikan kepemilikan kepala arca oleh oknum-oknum dalam negeri maupun luar negeri mengingat pemugaran candi Borobudur sudah dilakukan sejak pemerintahan Belanda sehingga bisa saja kepala Buddha itu dibawa ke luar negeri.
Pulau Jawa memiliki banyak gunung berapi yang dapat meletus kapan saja. Hal ini juga menjadi ancaman lain untuk Candi Borobudur. Abu yang menutupi permukaan batu akan mempercepat pelapukan batu candi karena kandungan asam yang ada pada abu erupsi gunung berapi. Padahal, usia batu andesit Candi Borobudur telah berusia ratusan tahun. Oleh karena itu, perlindungan dengan menutupi bagian-bagian candi dengan terpal selama ada erupsi gunung berapi khususnya erupsi Gunung Merapi yang paling dekat dengan Candi Borobudur.
Selain itu, tindakan terorisme pernah berusaha merusak Candi Borobudur. Pada Senin, 21 Januari 1985, para teroris berhasil meledakkan sembilan stupa pada candi. Setelah penyelidikan, polisi Indonesia menangkap dua bersaudara Abdulkadir bin Ali Alhabsyi dan Husein bin Ali Alhabsyi yang dituding sebagai pelaku peledakan stupa Candi Borobudur ini. Untuk mencegah agar tidak terulang lagi, maka pengamanan ditingkatkan dengan pintu pendeteksi logam.
Wisatawan dapat belajar dan mengenal lebih dalam tentang perjalanan Buddha semasa hidupnya dan menapaki sejarah perkembangan agama Buddha di tanah Jawa. Saat ini, kawasan candi Borobudur terpelihara dengan baik dan banyak dijumpai pepohonan untuk berteduh sembari menikmati kemegahan Candi Borobudur. Bahkan, Borobudur masih digunakan sebagai tempat keagamaan. Tiap tahun umat Buddha dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Selain itu, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Dokumentasi pribadi: Relief di Candi Borobudur |
Komentar
Posting Komentar