Candi Kadisoka yang Tersembunyi

    Candi Kadisoka adalah salah satu candi yang lokasinya sangat unik karena tersembunyi di tengah kepadatan permukiman penduduk dan kolam-kolam ikan. Candi Kadisoka juga merupakan salah satu candi yang terkubur di dalam tanah akibat lahar dingin dari erupsi gunung Merapi. Beberapa candi lain yang pernah terkubur di dalam tanah, antara lain candi Sambisari, candi Kedulan, situs Mantup, candi Kadisoka, candi Morangan, candi Kimpulan, candi Gampingan, situs Klodangan, situs Payak, dan candi Palgading.

    Keterangan: Pengamatan dilakukan pada tanggal 15 Maret 2024

Lokasi

    Candi Kadisoka berada di Padukuhan Kadisoka, Kalurahan Purwomartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini berada di antara kolam-kolam peternakan ikan dan kolam pemancingan ikan. Jarak antara candi Kadisoka dengan pusat Kota Yogyakarta sekitar 14 km. Selain itu, candi Kadisoka hanya berjarak 1,6 km dari candi Sambisari sehingga pengunjung bisa menyempatkan diri untuk berkunjung ke candi Sambisari sebelum atau sesudah berkunjung dari candi Kadisoka. Pengunjung bisa melalui jalan Raya Solo-Yogyakarta – Jalan Sambisari – Jalan Raya Kadisoka sejauh 4,4 km untuk menuju ke candi Kadisoka. 

    Lokasi candi Kadisoka sudah ditandai di dalam peta. Namun, papan penunjuk jalan menuju ke candi Kadisoka hanya berukuran kecil sehingga pengunjung mungkin tidak dapat melihat dengan jelas papan penunjuk tersebut. SPBU Kadisoka dapat menjadi penanda jalan yang jelas karena jalan masuk ke candi Kadisoka berada di seberang SPBU Kadisoka. Jalan masuk ke candi Kadisoka diapit oleh sebuah rumah makan dan sebuah kolam pemancingan ikan yang cukup luas. Kawasan sekitar candi Kadisoka memang terkenal dengan menu makanan dari olahan ikan air tawar karena banyak masyarakat yang bekerja sebagai peternak ikan air tawar. 

    Kondisi jalan masuk menuju ke candi Kadisoka dari jalan Raya Kadisoka masih berupa tanah pasir berbatu. Candi Kadisoka sebenarnya tidak jauh dari jalan Raya Kadisoka. Namun, jalan masuk menuju ke candi Kadisoka belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Jalan pasir berbatu tersebut menjadi jalan utama yang dilalui para peternak ikan dan pemancing untuk menuju ke kolam-kolam ikan di sebelah timur candi Kadisoka. Ada sebuah rumah makan di jalan masuk candi Kadisoka. Pengunjung yang membawa mobil dapat parkir di halaman rumah makan tersebut, sedangkan pengunjung yang membawa sepeda motor bisa parkir di pinggir jalan depan candi Kadisoka. Pengunjung yang mengendarai mobil tidak disarankan untuk membawa mobil ke dekat candi karena lebar jalan yang sangat sempit, kondisi jalan menurun, dan permukaan jalan berupa pasir berbatu tidak memungkinkan mobil untuk putar balik.  

Kondisi Geografis

    Candi Kadisoka berada pada ketinggian 155 meter di atas permukaan laut. Selain itu, candi Kadisoka menempati lahan seluas 200 meter persegi. Di sebelah timur candi terdapat sungai Kuning yang mengalir dari lereng gunung Merapi. Tidak jauh dari candi Kadisoka terdapat candi Sambisari yang lokasinya berada di sebelah timur sungai Kuning. Kedua candi ini terkubur di dalam tanah dengan kedalaman yang berbeda akibat dari luapan lahar dingin yang berasal dari erupsi gunung Merapi. Aktivitas vulkanik gunung Merapi terjadi berkali-kali selama ratusan tahun. Oleh karena itu, banyak peninggalan dari masa kerajaan Hindu-Buddha yang terkubur di dalam tanah. 

    Tanah endapan dari lahar dingin sangat subur untuk pertanian. Hingga saat ini, kawasan di sekitar candi Kadisoka dan candi Sambisari digunakan untuk lahan pertanian dan peternakan (khususnya peternakan ikan). Banyak peternak ikan yang membuat kolam-kolam ikan air tawar di sekitar candi Kadisoka. Selain itu, daerah aliran sungai Kuning juga pernah menjadi lokasi penambangan pasir karena lahar dingin membawa banyak pasir ke sepanjang daerah aliran sungai Kuning. Saat ini, aktivitas penambangan pasir di dekat candi Kadisoka sudah berhenti. Kegiatan perekonomian masyarakat sekitar candi Kadisoka sudah beralih menjadi penjual dan peternak ikan air tawar.  

Pengendapan Lahar Dingin di Candi Kadisoka

    Penyebab utama candi Kadisoka terkubur di dalam tanah adalah luapan lahar dingin yang menerjang candi Kadisoka di masa lalu. Lokasi candi Kadisoka berjarak 100 meter di sebelah barat sungai Kuning. Erupsi gunung Merapi yang terjadi berkali-kali menyebabkan lahar dingin yang membawa material vulkanik mengalir ke sungai-sungai di dataran Kewu, salah satunya adalah sungai Kuning. Berdasarkan data stratigrafi, candi Kadisoka terkubur oleh endapan sekunder dari lahar dingin. Endapan sekunder adalah endapan dari lahar dingin yang terbentuk setelah aliran lahar berakhir. Endapan ini berada di sepanjang aliran sungai Kuning dan terdiri dari pasir, lumpur, dan kerikil berukuran kecil. 

    Proses pengendapan dari endapan sekunder di kawasan sekitar candi Kadisoka terdiri dari dua tahap. Selisih waktu antara dua tahap pengendapan diperkirakan sekitar 100 tahun. Pada pengendapan tahap pertama, candi Kadisoka diperkirakan masih dalam proses pembangunan. Selain itu, candi Sambisari kemungkinan ikut tergenang selama pengendapan tahap pertama. Proses pengendapan ini membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan peristiwa pengendapan tahap pertama, candi Kadisoka diperkirakan dibangun lebih awal, yaitu sekitar abad ke-8 M sampai abad ke-9 M dibandingkan dengan candi Sambisari yang dibangun sekitar abad ke-9 M. Namun, informasi mengenai waktu pembangunan candi, tujuan pembangunan candi, dan pihak yang membangun candi belum diketahui dengan pasti karena keterbatasan temuan yang dapat memberikan informasi mengenai candi Kadisoka. 

Sejarah Penemuan Candi Kadisoka

    Pada tanggal 7 Desember 2000, seorang penambang pasir menemukan candi Kadisoka terkubur di dalam tanah sedalam 3 meter. Kemudian, ia melaporkan temuannya ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta (sekarang bernama Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta). Pada Februari 2001, kegiatan ekskavasi (penggalian) dan penyelamatan dilakukan di lokasi temuan candi setelah diadakan peninjauan sebelumnya. Tanah yang menimbun candi Kadisoka terlihat cukup padat dan keras karena endapan sekunder sudah mengalami proses pengendapan dalam waktu yang lama. Hasil temuan dari kegiatan ekskavasi tersebut, yaitu

    1. Pondasi candi sisi timur

        Pondasi candi sisi timur tersusun dari batu-batu andesit dan tidak ada ukiran di permukaan batunya.

    2. Sumuran (perigi) candi di tengah garbagriha (bilik utama) candi

    3. Peripih berupa lempengan emas berbentuk segi empat dengan ukiran bunga teratai bersudut 8 di dalam kotak peripih, emas, dan beberapa batu mulia

        Temuan ini ditemukan di dalam sumuran candi.

    4. Tangga candi di sisi barat

        Temuan ini memberikan informasi bahwa candi menghadap ke barat

    Temuan keberadaan sumuran candi dan peripih di dalamnya menunjukkan bahwa candi Kadisoka adalah candi Hindu karena kedua temuan tersebut tidak akan ditemukan pada candi Buddha. 

Dokumentasi pribadi: Gambar atas: sisa ekskavasi candi; Gambar bawah: pondasi candi sisi timur

    Seorang arkeolog, bernama Veronique Degroot, berpendapat bahwa candi Kadisoka belum selesai dibangun hingga akhirnya terkubur akibat lahar dingin. Veronique juga mengemukakan bahwa hanya ada lima lapis dasar candi (kaki candi) dari batu andesit yang selesai dibangun. Bagian kaki candi memiliki tinggi 1,25 meter.

    Candi Kadisoka berbentuk segi empat dan berukuran 6,9 m x 6,49 m. Bangunan candi tersusun dari tiga bagian, yaitu
    1. Bagian pembingkai dinding batur
        Bagian ini memiliki 3 lapisan
    2. Bagian pembingkai sisi genta (padma)
    3. Bentuk setengah bulatan di atas bangunan batur

    Bagian pembingkai sisi genta dan bentuk setengah bulatan menunjukkan bahwa candi Kadisoka memiiki ciri-ciri dari bangunan candi di Jawa Tengah yang umumnya dibangun pada masa kerajaan Mataram Kuno. Hingga saat ini, candi Kadisoka belum dapat dipugar. Selain itu, tidak semua bagian candi selesai diekskavasi. Masih ada endapan tanah yang cukup padat menutupi sebagian besar bagian candi.

    Sumber:
  1. Untung, O. (2018). Pararaton : Kitab Para Raja, Menguak Jejak Genealogi Sejarah Wangsa Jawa dari Tarumanegara Hingga Majapahit. Bandung: Nusa Media
  2. Candi Kadisoka. (2021, Oktober 17). Diakses pada Maret 24, 2024 dari id.wikipedia.org: https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Kadisoka pukul 14.01 WIB
  3. Candi Kadisoka. (n.d.). Diakses pada Maret 24, 2024 dari jogjacagar.jogjaprov.go.id: https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/3054/candi-kadisoka pukul 14.06 WIB
  4. Candi Kadisoka. (2020, Maret 20). Diakses pada Maret 24, 2024 dari kebudayaan.slemankab.go.id: https://kebudayaan.slemankab.go.id/post/candi-kadisoka pukul 14.59 WIB
  5. Sejarah Candi Kadisoka di Yogyakarta. (2023, Februari 8). Diakses pada Maret 24, 2024 dari www.kompas.com: https://www.kompas.com/stori/read/2023/02/08/110000479/sejarah-candi-kadisoka-di-yogyakarta pukul 15.09 WIB

Komentar