Jalan-Jalan ke Candi Banyunibo
Candi Banyunibo adalah salah satu kompleks candi Buddha di Dataran
Sorogedug. Candi Banyunibo memiliki 6 candi perwara di sisi timur dan
selatan dari candi induk. Selain itu, ada temuan arca Nandi yang diletakkan
di halaman sebelah utara Candi Banyunibo.
Keterangan: Pengamatan dilakukan pada tanggal 29 April 2024
Daftar isi
Lokasi
Candi Banyunibo berada di Padukuhan Cepit, Kalurahan Bokoharjo, Kapanewon
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sebelah utara,
timur, dan selatan candi terdapat perbukitan Baturagung, sedangkan di
sebelah barat candi terdapat lahan persawahan yang sangat luas. Kombinasi
dari lahan persawahan dan perbukitan ini menjadi pemandangan yang sangat
indah, khususnya pada pagi dan sore hari.
Ada beberapa sumber di internet yang menyebut Candi Banyunibo adalah candi
'sebatang kara' karena Candi Banyunibo adalah candi Buddha yang lokasinya
berjauhan dengan candi-candi Buddha lainnya. Padahal, lokasi Candi Banyunibo
berada di Dataran Sorogedug yang sudah dikenal oleh para peneliti sejak masa
Hindia Belanda sebagai dataran yang memiliki banyak sebaran peninggalan kuno
berupa candi, arca, dan sebagainya. Tidak semua reruntuhan candi di Dataran
Sorogedug bisa dipugar karena batu-batu candinya sudah tidak lengkap. Namun,
ada beberapa candi dan situs yang sudah dipugar berada dekat dengan Candi
Banyunibo. Candi Banyunibo berjarak sekitar 1,5 km dari Situs Watu Gudig,
900 m dari
Situs Ratu Boko, 420 m dari Candi Barong, 2 km dari Candi Ijo, dan 576 m dari Candi
Dawangsari. Candi Dawangsari adalah candi Buddha yang jaraknya paling dekat
dengan Candi Banyunibo, meskipun lokasinya berada di atas Perbukitan
Baturagung sebelah timur laut Candi Banyunibo. Selain itu,
Situs Ratu Boko
juga pernah berfungsi sebagai wihara Buddha pada masa Rakai Panangkaran.
Dengan demikian, sebutan Candi Banyunibo sebagai candi yang 'sebatang kara'
tidak tepat. Sebutan tersebut juga tidak tepat jika mengacu pada kondisi
candi yang sepi pengunjung atau kurang dikenal oleh wisatawan. Tidak hanya
Candi Banyunibo, banyak candi-candi lain yang kondisinya sudah dipugar masih
sepi pengunjung. Alasannya adalah tingkat popularitas Candi Prambanan yang
lebih tinggi, biro perjalanan wisata hanya menawarkan destinasi wisata yang
mudah diakses oleh bus, dan promosi pariwisata yang kurang dari candi-candi
lain.
Fasilitas
Di dalam kompleks Candi Banyunibo hanya ada kamar mandi saja. Pengunjung yang membawa kendaraan pribadi bisa memarkirkan kendaraannya di lapangan yang berada di sebelah timur candi. Ada 3 lapangan, masing-masing berada di sebelah utara, timur, dan selatan candi, yang sering digunakan untuk berbagai acara, seperti outbound, kemah, olahraga memanah, lomba, dan sebagainya.
Penamaan Candi
Banyunibo terdiri dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu ‘banyu’ yang artinya air dan ‘nibo’ atau ‘tibo’ yang artinya jatuh. Beberapa sumber tidak menyebutkan alasan pemberian nama tersebut terhadap Candi Banyunibo. Kata ‘banyunibo’ atau ‘banyutibo’ terkadang merujuk pada air terjun, tetapi tidak ada air terjun di dekat candi. Satu-satunya sumber air terdekat dari candi yang ada saat ini adalah sungai kecil di depan candi. Alasan pemberian nama tersebut tetap belum jelas meskipun nama itu diterjemahkan sebagai ‘air yang menetes’ seperti yang disebutkan dalam banyak sumber.
Sejarah Candi Banyunibo
Tidak ada prasasti yang menyebutkan tentang pembangunan Candi Banyunibo. Oleh karena itu, perkiraan tahun pembangunan Candi Banyunibo dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap struktur candi yang memiliki ciri-ciri gaya Mataram Kuno dan bentuk atap yang serupa dengan atap candi lain di Jawa Tengah yang sudah diidentifikasi, salah satunya adalah Candi Plaosan Lor. Hasil pengamatan dan penelitian tersebut adalah Candi Banyunibo diperkirakan dibangun pada abad 9 M.
Kompleks Candi Banyunibo pertama kali ditemukan tahun 1932 dalam keadaan runtuh. Kemudian, penelitian pertama dilakukan pada tahun 1942-1943. Pemugaran terhadap Candi Banyunibo dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu tahun 1943-1962 dan tahun 1976-1978. Pemugaran pertama berhasil memugar bagian alas (soubasement), kaki candi, tubuh candi, pelataran candi, dan tembok di sisi utara candi. Kemudian, pemugaran kedua berhasil memugar atap candi induk dan stupa di atasnya.
![]() |
Dokumentasi Pribadi: Denah Kompleks Candi Banyunibo |
Struktur Candi Banyunibo
Candi Banyunibo adalah sebuah kompleks candi Buddha yang terdiri dari 1 candi induk dan 6 candi perwara. Deskripsi dari struktur Candi Banyunibo sebagai berikut:
a. Candi induk berukuran 15,325 m x 14,25 m dan tingginya 2,5 m. Candi induk terdiri dari kaki candi, bilik penampil, tubuh candi, dan atap candi. Bagian kaki candi lebih lebar dibandingkan bagian tubuh candi sehingga ada selasar sempit tanpa pagar langkan di sekeliling tubuh candi. Candi Banyunibo menghadap ke barat sesuai dengan posisi pintu masuk ke bilik utama (garbhagrha) dan tangganya yang berada di sebelah barat. Tangga candi memiliki 14 anak tangga dan lebarnya 1 meter.
Pada ujung bawah tangga candi ada makara dengan bentuk belalai gajah dan ukiran singa di dalam mulutnya. Bagian kaki candi dihiasi oleh antefiks, ukiran flora, bunga, sulur-suluran yang menggulung (kalpalata), dan sulur-suluran yang keluar dari sebuah jambangan (purnakalasa). Bagian tengah dari beberapa antefiks memiliki relief singa sehingga bentuk antefiks seperti arca kudu. Selain itu, di sisi utara, timur, dan selatan kaki candi ada jaladwara yang berfungsi sebagai saluran air dari lantai selasar. Jaladwara juga dihiasi oleh relief kala tanpa rahang bawah dengan hiasan sulur-suluran yang mengelilingi Jaladwara hingga membentuk seperti tapal kuda.
Dinding luar dari tubuh candi dipenuhi oleh relief. Pada keempat sisi tubuh candi terdapat lubang yang fungsinya sebagai jendela dari bilik utama. Masing-masing sisi candi memiliki 2 jendela. Dinding luar sisi utara, selatan, dan timur memiliki relief yang mirip. Bagian atas jendela memiliki relief Bodhisattwa dengan posisi duduk dan tangannya memegang bunga teratai. Bingkai kanan dan kiri jendela berbentuk seperti pilar. Di sekeliling relief Bodhisattwa ada relief flora yang membentuk bingkai seperti tapal kuda. Namun, hiasan yang mengelilingi relief Bodhisattwa di atas jendela pada dinding luar sisi timur berupa kala-makara. Di antara dua jendela ada relief dengan bingkai berbentuk pilar dan beratap. Relief tersebut berbentuk Bodhisattwa dengan posisi berdiri di dinding luar sisi utara dan selatan, sedangkan di dinding luar sisi timur berupa relief bunga. Hiasan pinggir dari dinding luar sisi timur dan barat adalah relief Bodhisattwa dengan posisi berdiri. Relief tersebut memiliki bingkai dengan hiasan relief gana dan antefiks berhias flora. Bingkai ini tidak berisi relief Bodhisattwa pada dinding luar sisi utara dan selatan.
Dinding luar sisi utara dan selatan dari bilik penampil dihiasi relief berbentuk orang yang belum dapat diketahui identitasnya. Dinding dalam sisi utara dari bilik penampil memiliki relief Dewi Hariti yang dikelilingi oleh anak-anak dan relief sebatang pohon yang dipanjat oleh anak-anak. Di dalam agama Buddha, Dewi Hariti adalah perwujudan dari Dewi Kesuburan, Dewi Ibu, atau Dewi Kekayaan. Dewi ini sering digambarkan dengan alat genital yang menonjol dan selalu bersama dengan anak-anak pengikutnya. Dinding dalam sisi selatan dari bilik penampil memiliki relief Vaisravana, suami dari Dewi Hariti. Di sebelah kiri dari relief Vaisravana terdapat relief seorang pengiring yang diperkirakan adalah Dewa Kuwera dengan sikap duduk (ardha paryangka). Bagian atas dari pintu bilik penampil terdapat relief kala tanpa rahang bawah. Di bagian atasnya terdapat hiasan kepala kala dan ukiran gelung yang memanjang dan melengkung membentuk atap dari bilik penampil.
Dinding sisi dalam bilik utama memiliki 3 relung yang masing-masing berada di dinding sisi utara, selatan, dan timur. Ketiga relung diperkirakan pernah berisi arca. Relung-relung tersebut berada di bagian tengah dinding dan di antara dua jendela. Relung sisi timur ukurannya lebih besar dibandingkan dengan dua relung lainnya. Ketiga relung berbentuk ladam atau sepatu kuda. Di bagian atas relung terdapat ukiran kala tanpa rahang bawah, sedangkan di ujung bawah bingkai relung sisi timur terdapat sebagian kecil fragmen makara. Selain itu, ada beberapa relief orang yang mengelilingi sisi luar dari bingkai relung. Permukaan dinding di dalam relung sisi timur dihiasi oleh relief pohon. Bagian tengah lantai bilik utama berupa pasir berbatu karena tidak ditutup oleh batu-batu penyusun lantai bilik. Selain itu, terdapat relief orang duduk bersila dengan pengiringnya yang membawa payung di sudut tenggara bilik utama. Berdasarkan keberadaan sisa-sisa relief tersebut, permukaan dinding di dalam bilik utama kemungkinan memiliki banyak hiasan dan relief. Sayangnya, banyak batu-batu berelief yang menyusun dinding dalam bilik utama tidak ditemukan. Akibatnya, permukaan dinding di dalam bilik utama saat ini terlihat polos dan seluruh bagian dari relung sisi selatan harus disusun dengan batu pengganti.
Atap candi utama berbentuk sisi genta atau bingkai padma. Bentuk atap ini juga ditemukan pada Candi Semar, Candi Plaosan Lor, dan candi perwara dari Kompleks Candi Gedong Songo. Kemudian, di atas atap Candi Banyunibo terdapat stupa yang terdiri dari prasadha, harmika, dan yasti.
![]() |
Dokumentasi Pribadi: Gambar kiri atas: stupa candi perwara; Gambar kiri bawah: makara di tangga candi; Gambar kanan bawah: arca Nandi |
![]() |
Dokumentasi Pribadi: Gambar kiri atas: Relief Dewi Hariti; Gambar kanan atas: relief Vaisravana |
![]() |
Dokumentasi Pribadi: Patok di Candi Banyunibo |
- Sedyawati, E., Santiko, H., Djafar, H., Maulana, R., Ramelan, W.D.S., Ashari, C. (2013). Candi Indonesia Seri Jawa. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
- Tim BPPP. 2008. Candi-Candi di Yogyakarta Selayang Pandang. Yogyakarta: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.
- Candi Banyunibo. (n.d.). Diakses pada Oktober 17, 2024 dari jogjacagar.jogjaprov.go.id: https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/839/candi-banyunibo pukul 01.26 WIB
- Candi Banyunibo. (2017, April 22). Diakses pada Oktober 17, 2024 dari pariwisata.slemankab.go.id: https://pariwisata.slemankab.go.id/2017/04/22/candi-banyunibo/ pukul 01.37 WIB
Komentar
Posting Komentar