Peninggalan Candi Sari di Kalasan

    Candi Sari adalah sebuah candi peninggalan agama Buddha yang lokasinya tidak jauh dari Candi Kalasan. Bahkan, ada hubungan yang penting antara Candi Sari dan Candi Kalasan. Candi Sari memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan keagamaan Buddha di Kalasan pada masa lalu. Selain itu, bentuk arsitektur Candi Sari mirip dengan Candi Plaosan. 

Lokasi

    Candi Sari berada di Padukuhan Bendan, Kalurahan Tirtomartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Sari hanya berjarak sekitar 670 meter dari Candi Kalasan. Selain itu, Candi Sari hanya berjarak sekitar 200 meter dari Jalan Raya Solo-Yogyakarta. Oleh karena itu, pengunjung bisa menyempatkan diri untuk berkunjung ke Candi Sari dan Candi Kalasan saat melewati Jalan Raya Solo-Yogyakarta. 

    Candi Sari tidak terlihat secara langsung dari Jalan Raya Solo-Yogyakarta. Penyebabnya adalah banyak bangunan rumah warga yang mengelilingi kawasan Candi Sari. Sebaliknya, Candi Kalasan terlihat secara langsung dari Jalan Raya Solo-Yogyakarta sehingga Candi Kalasan memiliki peluang kunjungan wisatawan yang lebih banyak dibandingkan dengan Candi Sari. Namun, sejarah dari Candi Kalasan tidak bisa lepas dari keberadaan Candi Sari. Oleh karena itu, kunjungan ke dua candi tersebut sangat penting untuk mencari tahu lebih dalam tentang peninggalan agama Buddha di Kalasan pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno.

Fasilitas

    Fasilitas yang ada di kawasan Candi Sari, yaitu lahan parkir kendaraan pengunjung yang sempit, papan informasi mengenai Candi Sari, dan beberapa kursi taman di halaman candi. Halaman yang mengelilingi Candi Sari tidak terlalu luas. Pembangunan permukiman yang pesat menyebabkan kawasan Candi Sari cukup sempit. Lahan parkir kendaraan pengunjung ada di depan pintu masuk kawasan Candi Sari, tepatnya berada di depan pagar rumah warga. Lahan parkir tersebut sebenarnya adalah ruang tambahan yang masih termasuk jalan beraspal dari desa. Jika jumlah kendaraan yang parkir cukup banyak bisa menyebabkan macet di jalan desa dan mengganggu aktivitas warga.

Sejarah Candi Sari

    Berdasarkan pola hiasan, kehalusan ukiran, bukti sejarah tentang Candi Sari dalam prasasti Kalasan, keberadaan bajralepa, dan bentuk arsitektur bangunan candi, Candi Sari diperkirakan berasal dari abad ke-8 M pada masa kerajaan Mataram Kuno. Hal ini dapat dibuktikan dari penemuan prasasti Kalasan di halaman Candi Kalasan. Prasasti Kalasan berangka tahun 700 Saka atau 778 Masehi. Prasasti ini terbuat dari batu andesit dengan lebar 46 cm, panjang 67 cm, dan tebalnya 12 cm. Prasasti Kalasan berisi sebuah teks berbahasa Sansekerta dan berhuruf Pra-Nagari. Isinya adalah nasehat dari para guru agama Buddha Mahayana raja wangsa Syailendra tentang pembangunan sebuah bangunan suci untuk memuja Dewi Tara dan pembangunan sebuah wihara (biara untuk para bhiksu ajaran Buddha Mahayana). Permohonan tersebut disetujui oleh Maharaja Dyah Pancapana Panamkarana (Raja Rakai Panangkaran) yang memerintah sekitar tahun 760-780 M. Pembangunan sebuah wihara yang dimaksud dalam prasasti Kalasan adalah Candi Sari.  

Sejarah Penemuan Candi Sari

    Pada tahun 1929, Candi Sari ditemukan kembali dengan kondisi rusak. Kemudian, Jawatan Purbakala Hindia Belanda (Oudheidkundige Dienst) melaksanakan pemugaran terhadap Candi Sari. Pemugaran tersebut dipimpin oleh A.J. Bernet Kempers, arkeolog dari Belanda. Sayangnya, tidak semua batu-batu penyusun candi ditemukan sehingga bagian bilik penampil di bagian depan candi dan selasar/kaki candi tidak bisa dipugar sepenuhnya, sedangkan beberapa stupa di atap harus diganti dengan batu baru. Pemugaran selesai pada tahun 1930. Bentuk arsitektur Candi Sari mirip dengan bentuk arsitektur Candi Plaosan sehingga Candi Sari diperkirakan memiliki pagar batu keliling dan sepasang arca Dwarapala yang menjaga pintu masuk candi mirip dengan Candi Plaosan.  

Arsitektur dan Ragam Hias Candi Sari

    Candi Sari sebenarnya adalah sebuah candi dengan dua tingkat lantai di dalamnya. Namun, lantai kedua dari candi terbuat dari kayu sehingga lantai kedua candi saat ini sudah tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan beberapa ukiran batu bagian dalam candi yang berfungsi sebagai penopang kayu-kayu lantai dua. Ada 19 jendela (9 jendela di lantai pertama dan 10 jendela di lantai kedua) di tubuh candi. Candi Sari menghadap ke timur karena posisi tangga masuk berada di sebelah timur candi. Bentuk Candi Sari adalah persegi panjang dengan ukuran 17,3 meter x 10 meter dan tinggi candi adalah 17 meter. 

    Bagian dalam candi dibagi menjadi 3 bilik, yaitu bilik selatan, bilik tengah, dan bilik utara. Masing-masing bilik berukuran 3,48 meter x 5,8 meter. Setiap bilik dihubungkan dengan sebuah pintu yang posisinya dekat dengan dinding candi sebelah timur. Jika lantai kedua dari kayu masih ada, maka jumlah bilik di dalam Candi Sari ada 6 bilik. 

Dokumentasi pribadi: Bilik Tengah Candi Sari

    Pada dinding bilik selatan terdapat beberapa batu yang dipahat serong sebagai penopang tangga kayu untuk menuju ke lantai kedua. Pada bilik utara dan selatan terdapat satu relung kosong yang seharusnya berisi arca (diperkirakan arca Buddha). Relung arca tersebut dihiasi dengan kala-makara. Hiasan kala-makara relung arca di bilik selatan masih utuh, sedangkan hiasan kala-makara relung arca di bilik utara tersisa kepala kalanya saja yang masih utuh. Hiasan kala-makara yang serupa juga membingkai jendela sisi dalam. Namun, jendela dengan hiasan kala-makara yang masih utuh hanya ada di bilik selatan. 
Bentuk kala di Candi Sari tanpa rahang bawah, mengenakan mahkota segitiga berpola flora, hidungnya besar, pipinya lebar, terdapat 2 taring di bawah pipi, punya 6 gigi atas, dan terdapat ukiran flora di bawah rahang atas sehingga sekilas seperti lidah. Pada bilik tengah terdapat dua relung arca dengan hiasan kala-makara yang serupa dan kondisinya masih bagus.  

Dokumentasi pribadi: Hiasan Kala-Makara di Candi Sari

    Seluruh permukaan tubuh Candi Sari berisi ukiran yang sangat indah. Hal ini juga tercermin dalam nama candi, yaitu kata "sari" yang bermakna elok atau cantik. Sisi luar semua jendela di tubuh Candi Sari diapit oleh relief Kinara-Kinari (makhluk kayangan yang wujudnya adalah setengah manusia dan setengah burung) dan bagian atas jendela terdapat hiasan seperti antefiks (bentuknya penuh lekukan, tidak segitiga sempurna) dengan ukiran flora dan makara. Kemudian, permukaan tubuh candi di sebelah kiri-kanan jendela juga dihiasi dengan relief bodhisattva dengan tangan memegang bunga teratai dan sikap tubuhnya adalah tribhangga (lemah gemulai). Jumlah relief bodhisattva di keempat sisi tubuh candi ada 38 buah (8 di sisi utara, 8 di sisi selatan, 14 di sisi barat, dan 8 di sisi timur). 

    Pada bagian atap candi terdapat 9 stupa dengan susunan 3 x 3. Di setiap sisi atap terdapat 3 relung arca dengan hiasan kala-makara (mirip dengan hiasang pada relung arca di dalam bilik candi) berukuran besar. Namun, semua relung arca di atap candi kosong. Bagian atap juga dilengkapi dengan Jaladwara sebagai saluran air hujan di atap candi.

    Candi Sari sebenarnya memiliki bilik penampil yang sedikit menjorok keluar di bagian depan candi. Namun, banyak batu-batu penyusun bilik penampil yang belum ditemukan sehingga bilik penampil Candi Sari tidak bisa dipugar. Beberapa batuan lepas yang belum bisa dipasang di tubuh candi ditata di pinggir halaman candi. Hiasan di pintu masuk candi yang saat ini dapat dilihat dengan mudah seharusnya tidak terlihat dari luar karena berada di dalam bilik penampil. Bilik penampil pada Candi Plaosan bisa menjadi pembanding untuk memperkirakan bentuk bilik penampil pada Candi Sari karena adanya kemiripan bentuk arsitektur dari kedua candi tersebut. Selain itu, bagian kaki candi dan tangga candi juga belum bisa dipugar karena batu-batu penyusunnya juga belum ditemukan. Oleh karena itu, pengunjung yang ingin masuk ke dalam bilik candi harus mendaki batu-batu candi yang disusun tidak rata di depan candi dengan hati-hati. 

Dokumentasi pribadi: Gambar atas: pintu masuk Candi Sari; Gambar bawah: ragam hias pada tubuh Candi Sari

    Pintu masuk Candi Sari dihiasi oleh kala-makara. Bentuk kala di atas pintu masuk mirip dengan bentuk kala pada relung arca. Di bagian bawah makara terdapat relief seseorang menunggangi gajah. Uniknya, pose tubuh dari relief penunggang gajah di sebelah kiri pintu berbeda dengan relief penunggang gajah di sebelah kanan pintu. 

Bajralepa pada Candi Sari

    Permukaan luar dari Candi Sari dilapisi oleh bajralepa. Lapisan Bajralepa adalah lapisan pelindung batu-batu candi bagian luar supaya batu dan relief candi tampak lebih halus, tahan dari dampak kimiawi maupun biologis (lumut dan jamur) dari lingkungan, membuat permukaan candi kedap air, menjadi perekat kuat antarbatu, dan memberikan warna yang cemerlang pada candi. Lapisan Bajralepa terbuat dari kaolin, kalsit, silika, dan kalkopirit. Keempat material tersebut diracik dengan takaran khusus yang tepat. Dari keempat bahan dasar bajralepa, kalkopirit adalah material yang cukup sulit ditemukan. Bajralepa juga ditemukan di permukaan Candi Kalasan. Hal ini mendukung adanya hubungan antara Candi Sari dengan Candi Kalasan seperti yang termuat pada prasasti Kalasan. 

    Sumber:
  1. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta. (2008). Candi-Candi di Yogyakarta Selayang Pandang. Yogyakarta: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta
  2. Santiko, H. (2013). Dua Dinasti di Kerajaan Mataram Kuna: Tinjauan Prasasti Kalasan. Sejarah dan Budaya, 2. 1-7
  3. Candi Kalasan. (n.d). Diakses pada April 3, 2024 dari jogjacagar.jogjaprov.go.id: https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/676/displayrecords-i-nama-warisan pukul 19.24 WIB
  4. Prasasti Kalasan: Letak dan Isinya. (2022, November 29). Diakses pada April 3, 2024 dari www.kompas.com: https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/29/190000279/prasasti-kalasan-letak-dan-isinya?page=all pukul 19.34 WIB
  5. Candi Sari. (2022, Desember 1). Diakses pada April 3, 2024 dari id.wikipedia.org: https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Sari pukul 20.00 WIB
  6. Candi Sari, Asrama Para Biksu dari Abad ke-8. (2023, Januari 30). Diakses pada April 3, 2024 dari www.kompas.com: https://www.kompas.com/stori/read/2023/01/30/230000979/candi-sari-asrama-para-biksu-dari-abad-ke-8 pukul 20.36 WIB
  7. Candi Sari. (2020, April 3). Diakses pada April 3, 2024 dari kebudayaan.slemankab.go.id: https://kebudayaan.slemankab.go.id/post/candi-sari-1 pukul 20,53 WIB
  8. Menguak Bajralepa, Lapisan Misterius di Candi Kalasan. (2020, Oktober 28). Diakses pada April 3, 2024 dari buddhazine.com: https://buddhazine.com/menguak-bajralepa-lapisan-misterius-di-candi-kalasan/ pukul 21.33 WIB

Komentar