Kawah Sikidang adalah salah satu obyek wisata
di Dataran Tinggi Dieng yang paling ramai dan menjadi ikon dari Dataran Tinggi
Dieng selain Kompleks Candi Arjuna. Kawah Sikidang sangat luas sehingga mampu
menampung banyak pengunjung. Kawah Sikidang tidak hanya menawarkan keindahan
alam berupa kawah akibat dari aktivitas vulkanik, melainkan juga makanan,
minuman, dan berbagai oleh-oleh dengan harga murah. Tidak jauh dari Kawah
Sikidang ada sebuah candi bernama
Candi Bima. Lokasi
Candi Bima
berada di pinggir jalan yang mengarah ke Kawasan Wisata Kawah Sikidang.
Keterangan: pengamatan dilakukan pada tanggal
2 Mei 2022
Lokasi
Kawah Sikidang berada di Desa Dieng Kulon,
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Pengunjung bisa
merasakan udara yang sejuk dan menenangkan di sekitar Kawah Sikidang yang
banyak ditumbuhi pepohonan. Semakin dekat dengan kawah, maka semakin sedikit
vegetasi yang hidup. Sebaiknya pengunjung datang pada pagi hari atau sore hari
supaya sinar matahari tidak terlalu panas.
Fasilitas
Ada banyak fasilitas yang disediakan di
kawasan wisata Kawah Sikidang, antara lain:
- Tempat parkir kendaraan
- Toilet
- Kios-kios pedagang
- Saung
- Kursi
- Musala
- Jembatan kayu untuk akses ke kawah utama
Kios-kios pedagang menjual beragam makanan,
minuman, dan jajanan ringan. Pengunjung bisa makan dan minum di tempat yang
disediakan oleh pedagang. Selain itu, ada banyak jajanan lokal dan barang unik
yang bisa menjadi oleh-oleh, seperti minuman herbal Purwaceng, keripik
kentang, manisan carica, gantungan kunci, baju, gelang, hiasan bunga Edelweis,
dan belerang dalam bentuk bubuk atau bongkahan batu.
|
Dokumentasi pribadi: Kawasan kios pedagang di Kawasan Wisata Kawah
Sikidang
|
Asal-usul Kawah Sikidang
Kawah Sikidang terbentuk dari letusan Gunung
Prau Tua yang pernah meletus ribuan tahun yang lalu. Aktivitas vulkanik yang
masih terlihat hingga saat ini salah satunya adalah Kawah Sikidang. Di dalam
Kawasan Wisata Kawah Sikidang ada banyak kawah berukuran kecil yang
mengeluarkan gas belerang. Ada satu kawah utama berukuran besar yang menjadi
pusat daya tarik wisatawan. Kawah utama ini mengeluarkan lebih banyak gas
belerang.
Nama "Sikidang" berasal dari bahasa Jawa,
yaitu "kidang" yang artinya hewan Kijang. Kijang adalah hewan yang
suka melompat ke sana kemari. Nama "Sikidang" digunakan untuk menamai
kawasan kawah ini karena lokasi kawah utama yang sering berpindah-pindah
seperti Kijang yang melompat-lompat. Kawah utama suatu saat akan digantikan
oleh kawah kecil yang berubah menjadi kawah utama berikutnya. Bekas kawah
utama akan mengeluarkan uap belerang yang lebih sedikit dibandingkan dengan
uap belerang dari kawah utama yang baru.
Legenda Kawah Sikidang
Pada zaman dahulu, ada seorang gadis cantik
bernama Shinta Dewi. Ada banyak pemuda yang berusaha untuk melamar Shinta
Dewi, tetapi belum ada satu pun yang berhasil karena Shinta Dewi meminta mas
kawin yang sangat banyak. Seorang pangeran bernama Kidang Garungan mendengar
kecantikan Shinta Dewi. Pangeran Kidang mampu menyanggupi syarat yang
diberikan oleh Shinta Dewi karena ia adalah pangeran yang kaya raya. Ia
mengutus pengawalnya untuk mengirim lamaran kepada Shinta Dewi. Setelah
mendengar pesan lamaran dari Pangeran Kidang yang disampaikan oleh pengawal,
Shinta Dewi langsung menerima lamaran tersebut. Shinta Dewi membayangkan
wajah Pangeran Kidang yang sangat tampan karena ia sangat kaya.
Betapa terkejutnya Shinta Dewi setelah
melihat Pangeran Kidang yang ternyata berkepala kijang, tetapi bertubuh
manusia. Shinta Dewi berusaha mencari cara untuk membatalkan lamaran yang
terlanjur ia terima. Akhirnya, Shinta Dewi menemukan cara untuk membatalkan
lamaran Pangeran Kidang. Ia meminta Pangerang Kidang untuk membuat sebuah
sumur supaya masyarakat sekitar bisa mendapatkan air lebih mudah. Sumur
tersebut harus dibuat sendiri oleh Pangeran Kidang dan Shinta Dewi hanya
memberi waktu satu hari.
Pangeran Kidang langsung menyanggupi
permintaan Shinta Dewi dan ia bekerja dengan penuh semangat. Ia menggali
tanah dengan menggunakan tangan. Sesekali tanduk Pangeran Kidang juga
digunakan untuk menggali tanah. Shinta Dewi khawatir Pangeran Kidang mampu
menyelesaikan pekerjaannya. Oleh karena itu, ia menyuruh masyarakat sekitar
untuk menimbun sumur yang sedang dibuat oleh Pangeran Kidang. Masyarakat
beramai-ramai memasukkan tanah ke dalam lubang sumur, padahal Pangeran
Kidang masih berada di dasar sumur. Akhirnya, Pangeran Kidang yang terkubur
hidup-hidup sangat marah. Amarah Pangeran Kidang tersebut yang membentuk
Kawah Sikidang.
Kawah Utama di Kawasan Kawah Sikidang
Pengelola Kawasan Wisata Kawah Sikidang
menyediakan jembatan kayu yang sangat panjang untuk memudahkan akses
wisatawan menuju ke kawah utama. Jembatan kayu ini sangat kuat dan mampu
menopang cukup banyak pengunjung. Dengan adanya jembatan kayu sebagai akses
ke kawah utama, pengunjung akan lebih aman dan nyaman melewati kawasan kawah
yang memiliki banyak genangan air dan batu.
|
Dokumentasi Pribadi: Kawah utama di Kawasan Wisata Kawah Sikidang
|
Kawah utama Sikidang bersuhu sekitar 80-90
derajat celcius. Oleh karena itu, pengunjung harus berhati-hati, menjaga
jarak, dan patuhi papan peringatan yang banyak dipasang di sekitar kawah
utama. Di sekeliling kawah utama terdapat pagar keliling dari beton yang
permukaannya sudah terkikis akibat pengaruh uap belerang.
|
Dokumentasi pribadi: Keindahan pemandangan alam dari jembatan kayu di
Kawasan Wisata Kawah Sikidang
|
Di dekat jembatan kayu, pengunjung bisa
melihat banyak kawah kecil yang mengeluarkan gas belerang di permukaan sebuah
bukit berbatu. Selain itu, jembatan kayu juga melewati beberapa bagian dari
kawasan Kawah Sikidang yang ditumbuhi banyak pepohonan. Pengunjung bisa
berhenti sejenak di atas jembatan kayu untuk berfoto. Namun, pengunjung harus
tetap memberi ruang bagi pengunjung lain untuk melintas karena lebar jembatan
kayu hanya selebar kira-kira 3 orang. Pengunjung yang sudah lelah berjalan
bisa beristirahat di saung-saung yang disediakan di sepanjang jembatan. Lokasi
saung cukup jauh dari kawah sehingga pengunjung aman duduk dalam waktu yang
lama di sana.
|
Dokumentasi pribadi: permukaan bukit yang mengeluarkan gas belerang
dari sela-sela bebatuan
|
Kawasan Kios Pedagang
Jalan keluar dari Kawasan Wisata Kawah
Sikidang melewati deretan kios pedagang. Bentuk jalan di dalam kawasan kios
pedagang dibuat zig-zag. Tujuannya supaya pengunjung melewati semua kios
pedagang sehingga semua pedagang memiliki peluang besar dagangannya akan
dilihat oleh pengunjung. Akan tetapi, bentuk jalan zig-zag ini membuat jalan
keluar kawasan wisata menjadi lebih panjang. Beberapa pengunjung mengeluhkan
jalan keluar dari Kawasan Wisata Kawah Sikidang yang terlalu panjang dan
melelahkan. Ada jalan lurus yang lebih pendek di samping kawasan kios
pedagang. Namun, jalan lurus tersebut ditutup untuk umum, kecuali ada
keadaan darurat.
Sumber:
Legenda Kawah Sikidang di Desa Dieng Kulon.
(2021, Januari 17). Diakses pada September 2, 2023 dari dieng.desa.id:
https://www.dieng.desa.id/index.php/artikel/2021/1/17/legenda-kawah-sikidang-di-desa-dieng-kulon
pukul 22.03 WIB
Komentar
Posting Komentar