|
Dokumentasi pribadi
|
Telaga Madirda adalah sebuah telaga yang ada
di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Berada di lereng Gunung Lawu membuat udara di telaga menjadi sejuk dan dingin.
Ada permainan air, sarana berkemah, dan banyak spot foto yang menarik. Madirda
artinya adalah tempat yang memabukkan. Di Desa Berjo, selain Telaga Madirda,
terdapat dua destinasi wisata lain yaitu
Air Terjun Jumog
dan Candi Sukuh.
Akses
Ada banyak jalan beraspal untuk menuju ke
Telaga Madirda. Tidak semua jalan tersebut mudah ditempuh oleh berbagai macam
kendaraan khususnya bagi yang menggunakan layanan Google Maps. Aplikasi Google
Maps hanya menunjukkan jalan dengan jarak terpendek tanpa mengetahui kondisi
jalannya. Akibatnya, pengunjung bisa saja melewati jalan yang rusak, menanjak,
atau sempit di dalam pemukiman padat atau di tengah kebun warga.
Jika pengunjung berangkat dari Tawangmangu
untuk menuju ke Telaga Madirda, pastikan pilih jalan utama karena banyak
jalan-jalan kecil pedesaan yang berukuran kecil, aspalnya berlubang, atau
menanjak curam.
Sebaiknya, pengunjung memilih Jalan Lawu
(jalan utama) kemudian menuju ke Jalan Srandon (Desa Karang, Kecamatan
Karangpadang). Setelah itu, ada papan penunjuk jalan ke Telaga Madirda dengan
belok ke timur. Ikuti jalan beraspal dan perhatikan papan penunjuk jalan (jika
ada). Dari Jalan Srandon, Google Maps bisa digunakan karena jalan di sana
sudah bagus dan landai.
|
Dokumentasi pribadi
|
Legenda Telaga Madirda
Seorang brahmana tua bernama Resi Gotama
memiliki seorang istri bernama Dewi Windradi. Mereka dikarunia tiga anak
yang terdiri dari satu orang putri dan dua orang putra. Putri mereka bernama
Dewi Anjani yang sangat cantik, sedangkan putra mereka bernama Guwarsa dan
Guwarsi. Karena profesi Resi Gotama yang sering bertapa membuat Dewi Widradi
merasa kesepian.
Pada suatu hari, Bathara Surya melihat Dewi
Windradi saat kesepian kemudian jatuh cinta dengannya. Diam-diam mereka
menjaga kerahasiaan hubungan asmara terlarang mereka selama beberapa tahun.
Bathara Surya memberikan pusaka yang hanya dia saja yang memilikinya bernama
Cupu Manik Astagina kepada Dewi Windradi. Namun, Bathara Surya berpesan
bahwa keberadaan Cupu Manik Astagina di tangan Dewi Windradi tidak boleh
diketahui oleh orang lain termasuk Resi Gotama dan ketiga anaknya. Hal ini
disebabkan Cupu Manik Astagina memiliki kesaktian dan berisi rahasia alam
semesta. Di tutup bagian dalamnya berisi pemandangan jagad raya, sedangkan
di mangkuk dalamnya berisi pemandangan surga.
Suatu ketika Dewi Windradi sibuk mengamati
keindahan Cupu Manik Astagina sendirian. Tak disangka, Dewi Anjani melihat
ibunya dan penasaran dengan sesuatu yang dipegang ibunya. Ia ingin meminjam
benda itu. Dewi Windradi ingat dengan pesan Bathara Surya untuk tidak
menunjukkan Cupu Manik Astagina ke siapapun. Namun, karena ia sangat sayang
dengan Dewi Anjani, maka ia memberikan Cupu Manik Astagina kepadanya. Ia
berpesan kepada Dewi Anjani bahwa benda itu tidak boleh ditunjukkan ke Resi
Gotama atau dua adiknya.
Dewi Anjani tidak menaati pesan dari ibunya
dengan memamerkan benda itu kepada dua adiknya. Guwarsa dan Guwarsi
penasaran dan berebut untuk memiliki benda indah tersebut. Akhirnya, Dewi
Anjani mengadu kepada ibunya, sedangkan Guwarsa dan Guwarsi mengadu kepada
ayahnya.
Saat dua putra Resi Gotama itu mengadu
karena cemburu tidak mendapatkan benda indah seperti yang dimiliki oleh Dewi
Anjani, Resi Gotama bingung. Ia tidak ingat pernah memberi benda indah
seperti itu. Lantas, Resi Gotama bertanya kepada Dewi Windradi. Resi Gotama
tahu kalau Cupu Manik Astagina hanya dimiliki oleh Bathara Surya. Resi
Gotama bertanya kepada Dewi Windradi bagaimana ia bisa memilikinya. Dewi
Windradi tetap diam. Ia berusaha untuk menjaga kerahasiaan hubungannya
dengan Bathara Surya. Akibatnya, sikap diam ini direspon oleh Resi Gotama
menjadi sebuah kutukan. Resi Gotama mengutuk Dewi Windradi menjadi patung
batu.
Untuk menyelesaikan keributan anak-anaknya,
Resi Gotama melemparkan Cupu Manik Astagina ke langit. Ia memutuskan bagi
yang mendapatkan Cupu Manik Astagina pertama kali akan boleh memilikinya.
Di langit, Cupu Manik Astagina terpisah
menjadi dua bagian. Tutupnya jatuh ke tanah menjadi Telaga Sumala ("su"
artinya banyak atau sangat; mala artinya dosa, cacat, penyakit, atau
kesalaham), sedangkan mangkuknya jatuh ke tanah dan berubah menjadi Telaga
Nirmala ("nir" bararti bebas atau tidak terkena). Nama lain dari Telaga
Sumala adalah Telaga Madirda.
Mereka mengira Cupu Manik Astagina jatuh di
dalam Telaga Nirmala. Guwarsa dan Guwarsi langsung menyelam ke dalam telaga,
sedangkan Dewi Anjani yang datang terlambat menunggu di pinggir telaga. Dewi
Anjani membasuh mukanya dengan air telaga. Tiba-tiba muka dan tangannya yang
terkena air telaga menjadi berbulu seperti kera. Bahkan, sekujur badan dari
kedua adiknya yang menyelam juga menjadi seperti kera.
Resi Gotama tidak bisa mengembalikan mereka
kembali ke keadaan semula sehingga ia meminta mereka menerima nasib dan
bertapa dengan tujuan menyucikan diri mereka.
Resi Gotama mengubah nama Guwarsa menjadi
Sugriwa sedangkan Guwarsi menjadi Subali. Dewi Anjani diminta bertapa di
dalam Telaga Nirmala dengan kepala ada di atas permukaan air. Sugriwa
bertapa dengan posisi badan seperti kijang di dalam Hutan Sunyapringga.
Subali bertapa dengan posisi seperti kelelawar.
Pada kisah selanjutnya, Dewi Anjani akan
memiliki seorang anak bernama Hanoman / Anoman yang menjadi tokoh penting
dalam epos Ramayana.
Fasilitas
Catatan: Berdasarkan pengamatan tanggal 6
Maret 2022
Area parkir kendaraan pengunjung cukup luas.
Kemungkinan pengunjung akan mudah menemukan parkiran kosong jika kondisi
telaga tidak terlalu ramai. Permukaan lahan parkir yang dekat dengan
bangunan loket masuk sudah dicor semen, tetapi yang jauh dari bangunan loket
masuk masih berupa tanah.
|
Dokumentasi pribadi
|
Tidak jauh dari pintu masuk ada restoran
dua lantai. Dari lantai kedua, pengunjung bisa melihat pemandangan telaga.
Di luar pintu masuk banyak penjual mainan, jajanan, pentol, dan lainnya
yang sering mangkal. Semakin banyak pengunjung telaga, maka semakin banyak
penjual yang mangkal di sekitar pintu masuk. Ada juga beberapa penjual
jajanan yang berjualan tetap di kios kecil dari bambu dekat pintu keluar.
Pintu keluar berada di sebelah kiri pintu masuk.
Setelah pengunjung melewati pintu masuk,
ada dua jalan berlantai batu yang di tengahnya terdapat kolam ikan yang
memanjang hingga papan nama Telaga Madirda. Jenis ikan yang ada di telaga
dan kolam ikan kebanyakan adalah ikan mas dan nila. Ikan di kolam dekat
pintu masuk ini seakan mengikuti langkah kaki pengunjung. Alasannya,
ikan-ikan tersebut sering diberi makan oleh pengunjung yang membawa pakan
ikan atau membeli pakan ikan yang disediakan di dekat loket masuk sehingga
ikan-ikan mengira kalau setiap pengunjung yang lewat di dekat kolam akan
menabur makanan ke kolam. Perilaku ikan seperti ini akan lebih sering
terlihat saat hanya ada sedikit pengunjung yang berada di dekat
kolam.
|
Dokumentasi pribadi
|
Di sekitar papan nama Telaga Madirda
terdapat becak, kursi taman, dan kursi dari batang pohon sebagai spot foto.
Becak yang ada di sini hanya bisa dinaiki untuk berswafoto.
|
Dokumentasi pribadi
|
Di antara bangunan pintu masuk hingga telaga
terdapat halaman berumput yang luas. Gunanya sebagai tempat mengadakan acara
yang diselenggarakan di dalam telaga atau sebagai area berkemah. Tenda yang
digunakan untuk berkemah sudah disediakan dengan menyewa sehingga pengunjung
tidak perlu repot-repot membawa tenda sendiri. Di sudut area berkemah
terdapat kandang angsa dan beberapa sungai kecil yang menambah keindahan
saat berkemah ataupun menikmati pemandangan telaga.
|
Dokumentasi pribadi
|
Terdapat jalan berbatu yang berada di
pinggir telaga sehingga pengunjung mudah untuk mengelilingi telaga.
Pembatas antara jalan dengan telaga adalah tanaman hias yang dipotong
rendah sebagai pagar. Di sepanjang jalan terdapat banyak saung dari kayu
untuk duduk beristirahat sambil melihat suasana telaga. Saat mengelilingi
telaga, pengunjung akan melewati dua jembatan bambu dengan bentuk yang
unik.
Ada permainan air mengendarai kano dan
duck boat untuk berkeliling di atas telaga. Tata tertib yang diterapkan
untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan pengunjung yang naik kano dan
duck boat sebagai berikut:
Tata Tertib Naik Kano:
- Naik kano wajib menggunakan pelampung
-
Anak usia di bawah 10 tahun dilarang naik kano tanpa didampingi
orang tua
- Penumpang perahu kano max 2 orang
-
Penumpang dilarang melakukan aktivitas yang membahayakan diri
sendiri dan orang lain saat naik kano
- Durasi sewa kano 15 menit/trip
- Harga sewa: Rp 15.000
Tata Tertib Duck Boat:
- Berat badan penumpang max 140 kg
- Penumpang Duck Boat max 2 orang dewasa dan 1 anak-anak
-
Penumpang dilarang melakukan aktivitas yang membahayakan diri
sendiri dan orang lain saat naik duck boat
- Durasi sewa duck boat 15 menit/trip
- Harga sewa: Rp. 20.000
Semua pengunjung wajib menaati semua
peraturan dan tata tertib dalam bermain di wahana air obyek wisata
Telaga Madirda
Apabila terjadi kecelakaan dan kejadian
yang diakibatkan karena terjadinya pelanggaran peraturan di atas, bukan
menjadi tanggung jawab pengelola obyek wisata Telaga Madirda.
Ada pengawas yang siap untuk menjaga
keselamatan pengunjung selama mengendarai kano dan duck boat serta
mengingatkan batas waktu sewa kano dan duck boat jika hampir habis dengan
menggunakan mikrofon.
Di sisi lain telaga terdapat rumah makan
dengan bangunan bergaya rumah tradisional Joglo yang menawarkan makanan
dan minuman. Pengunjung bisa makan di dalam rumah makan bergaya Joglo atau
makan di tikar dan saung yang ada di halaman depan rumah makan. Terdapat
fasilitas karaoke di dalam rumah makan sebagai hiburan tambahan.
|
Dokumentasi pribadi
|
Lokasi pinggir telaga yang dekat dengan
tebing diberi taman bunga dan air terjun kecil yang bersumber dari mata air.
Jalan untuk melewati aliran air yang mengalir dari air terjun kecil ke
telaga ini bukan menggunakan jembatan, tetapi batu bulat yang disusun
berdekatan selebar satu langkah. Bentuk jalan seperti ini sangat menarik
karena seakan berjalan di atas air. Namun, pengunjung harus berhati-hati
saat melangkah karena permukaan batu licin terkena air.
|
Dokumentasi pribadi
|
Dari air terjun kecil hingga kembali lagi
ke papan nama Telaga Madirda dekat pintu masuk terdapat taman bunga dan
beberapa batu berukuran besar. Lebar jalannya lebih sempit dan banyak
tangga. Pengunjung harus menepi jika ada pengunjung yang datang dari arah
berlawanan.
Penilaian Selama Pengamatan Tanggal 6 Maret 2022
Kebersihan telaga dan sekitarnya terjaga
dengan baik. Disediakan banyak tempat sampah di area yang padat
pengunjung. Kondisi area berkemah setelah hujan tidak berlumpur karena
semua permukaan tanah ditutupi rumput, tetapi banyak genangan air karena
permukaan tanah yang bergelombang.
Suara penyanyi karaoke atau musik yang
diputar dengan pengeras suara dari rumah makan di dalam kawasan telaga
bisa didengar dari berbagai tempat di sekitar telaga. Bagi pengunjung yang
ingin merasakan ketenangan sebaiknya datang saat kondisi tidak terlalu
ramai. Ada satu jembatan bambu yang bentuknya artistik. Jembatan ini
berbentuk seperti terowongan spiral dari susunan bambu. Namun,
langit-langit dari terowongan bambu di jembatan ini terlalu rendah
sehingga kepala pengunjung bisa terbentur.
|
Dokumentasi pribadi
|
Lokasi kandang angsa terlalu jauh dari
pinggir telaga. Kemungkinan agar tidak ada angsa yang tiba-tiba menyerang
pengunjung saat mengelilingi telaga. Tidak ada penunjuk jalan dan jalan
berbatu untuk menuju ke kandang angsa yang berada di pinggir area berkemah.
Namun, kebersihan dan kesehatan angsa di dalam kandang masih dijaga
pengelola.
Sumber:
Mucharom.2011.Cerita Rakyat Telaga Madirda di Dusun Tlogo Desa Berjo Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan
Folklor).Skripsi.Universitas Sebelas Maret.Surakarta.
Komentar
Posting Komentar