Telaga Sarangan

Dokumentasi pribadi

    Telaga Sarangan adalah sebuah danau yang terbentuk secara alami di lereng Gunung Lawu. pada ketinggian 1200 mdpl. Suhu udara rata-rata berkisar antara 15-20 derajat celcius. Luas telaga ini sebesar 30 hektare dengan kedalaman 28 meter. Terdapat pulau kecil di tengah danau yang penuh dengan pepohonan lebat. Pulau kecil yang ada di tengah telaga dipercaya sebagai tempat bersemayam Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Nama lain dari Telaga Sarangan adalah Telaga Pasir menurut legenda terbentuknya telaga. 

Legenda Telaga Sarangan

Dokumentasi pribadi: Dua patung naga Kyai Pasir dan Nyai Pasir

    Terdapat beberapa versi dari legenda terbentuknya Telaga Sarangan menurut sumber yang berbeda. Inti dari legenda ini menceritakan Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Mereka tinggal di lokasi yang sekarang menjadi Telaga Sarangan. Mereka membuka hutan untuk bercocok tanam. Selama beberapa tahun, mereka belum dikaruniai seorang anak. Suatu hari, mereka memohon kepada Sang Hyang Widhi agar dikaruniai seorang anak. Permohonan mereka terkabulkan dengan mendapatkan  seorang anak bernama Joko Lelung. 

    Setelah mendapatkan anak, mereka memohon lagi kepada Sang Hyang Widhi supaya mereka kuat, sehat, dan panjang umur agar bisa melakukan pekerjaan berat bercocok tanam dan berburu. Mereka mendapatkan wangsit untuk memakan telur yang ada di dekat ladang. Mereka mencari dan menemukan telur itu. Lantas, mereka membawa pulang telur itu untuk dimasak dan dimakan. Mereka membagi telur menjadi dua kemudian memakannya. Tiba-tiba, mereka merasakan gatal di sekujur tubuh kemudian menggaruknya hingga lecet. Lama kelamaan tubuh mereka berubah menjadi seekor ular naga raksasa. 

    Kedua ular naga raksasa ini berguling-guling di atas pasir hingga membentuk sebuah cekungan yang besar dan terisi air. Setelah menyadari kemampuan ini, mereka berniat buruk untuk membuat banyak cekungan untuk menenggelamkan Gunung Lawu. Joko Lelung mengetahui kedua orang tuanya berubah menjadi naga dan berniat buruk. Ia bersemedi memohon kepada Sang Hyang Widhi agar mengurungkan niat kedua orang tuanya. Kyai Pasir dan Nyai Pasir mendapat wahyu dan mengurungkan niat mereka. 

    Masyarakat sekitar memperingati awal mula terbentuknya Telaga Sarangan ini dengan mengadakan bersih desa dan labuh sesaji setiap menjelang bulan Ruwah (bulan puasa). Tujuannya adalah untuk menolak bala dan mengharapkan kemakmuran. 

Geografis Telaga Sarangan

    Menurut KBBI, telaga adalah danau di pegunungan. Letaknyaa yang berada di lereng Gunung Lawu membuat suhu udara Telaga Sarangan sejuk. Banyak hutan yang masih terjaga kelestariannya. Telaga Sarangan tidak memiliki mata air di dalam atau aliran mata air dari luar telaga. Telaga ini merupakan tadah hujan. Air hujan ditampung di dalam cekungan telaga kemudian mengalir melalui sungai ke daerah Plaosan dan sekitarnya. 

    Sebuah bendungan di sisi selatan telaga dibangun untuk mengontrol ketinggian air. Pada musim penghujan, telaga akan penuh terisi air sedangkan pada musim kemarau air telaga surut. Bagian dasar telaga adalah tanah berbatu hasil endapan dari tanah pegunungan. Sampah masyarakat dan wisatawan juga menumpuk dan mengendap di dalam telaga. Menurut beberapa pengamat telaga, kondisi sedimentasi atau pengendapan tanah di dasar telaga cukup parah. Kondisi ini menyebabkan pendangkalan sehingga perlu pengerukan tanah. 

Dokumentasi pribadi: dasar telaga yang mengering. Foto diambil pukul 10.33 WIB

    Kawasan hutan di sisi utara telaga berada di dalam kawasan Perhutani. Banyak monyet liar menghuni hutan ini. Mereka berasal dari atas gunung dan turun untuk mencari makan. Pohon di dalam hutan didominasi oleh pinus. Puncak Gunung Lawu terlihat dari telaga pada saat cuaca cerah tidak berawan. 

Akses Menuju Telaga Sarangan

    Jalan menuju ke telaga sangat curam. Banyak tanjakan menuju ke telaga. Terdapat dua jalan menuju ke Telaga Sarangan, yaitu jalan lama dan jalan baru. Persimpangan dua  jalan ini berada di Hotel Raya. Jika pengendara dari Magetan, setibanya di Dusun Ngerong, Plaosan anda akan menemukan Hotel Raya. Di sebelah kiri hotel adalah jalan lama sedangkan di sebelah kanan hotel adalah jalan baru. Jalan lama tanjakannya lebih curam dibandingkan dengan jalan baru, tetapi jaraknya lebih dekat menuju telaga. Jalan baru akan lebih landai, tetapi jaraknya menjadi lebih jauh. 

    Pemandangan di jalan lama adalah kebun-kebun sayur dan rumah warga. Pemandangan di jalan baru adalah hamparan kebun sayur yang lebih luas dan lebih sedikit rumah warga. Pengendara akan melewati objek wisata petik stroberi dan Telaga Wahyu jika lewat jalan baru. 

    Penduduk lokal lebih memilih menggunakan jalan lama karena lebih dekat, lebih cepat, dan rumah mereka dekat dengan jalan lama. Tidak ada pintu loket masuk ke telaga di jalan lama. Pada jalan baru, ada dua pintu loket masuk ke dalam telaga. Loket masuk pertama berada di timur laut telaga. Posisinya lebih dekat jika pengunjung dari Plaosan, Kab. Magetan dan landai. Loket masuk kedua lebih dekat jika pengunjung dari Tawangmangu, Jawa Tengah. Namun, jalannya menurun curam. Pengendara harus berhati-hati dan memastikan kondisi rem kendaraan aman. 

Dokumentasi pribadi: jalan utama masuk ke Telaga Sarangan

Akomodasi
    Telaga Sarangan sudah menjadi destinasi wisata sejak zaman Hindia Belanda. Berdasarkan foto-foto lama telaga tampak vila dan hotel berlantai satu milik orang Belanda tersebar di atas bukit dekat telaga. Mereka suka daerah yang indah dan sejuk. Namun, bangunan hotel dan vila lama mereka sekarang sudah tidak ada. Hanya ada beberapa hotel dan rumah warga dengan arsitektur bangunan lama, tetapi mungkin bukan peninggalan Belanda. Banyak vila dan hotel baru di Sarangan. Pengunjung yang tiba pada malam hari akan sering didekati oleh orang-orang yang menawarkan penginapan dengan harga murah. Mereka juga akan menjelaskan fasilitas dari hotel yang mereka tawarkan. Semakin dekat telaga, harga menginap di hotel semakin mahal. Namun, ada juga yang menawarkan harga murah tidak jauh dari telaga. Jika dinilai dari luar, hotel dengan bentuk arsitektur lama dan hanya satu lantai akan menawarkan harga lebih murah. 

Dokumentasi pribadi: Hotel Merah, salah satu hotel yang menghadap ke telaga

Wisata Belanja Sarangan
    Terdapat jalan paving di sekeliling telaga. Kawasan paling ramai berada di sisi utara dan timur laut. Penjual makanan, minuman, baju, aksesoris, sayuran, dan jajanan lokal menggunakan kios-kios dengan dinding dan atap seng. Kerangka bangunan kios terbuat dari kayu. Tidak jauh dari pinggir telaga terdapat pasar kecil dekat dengan parkiran kendaraan. Kerajinan anyaman bambu dan baju banyak dijual di pasar. Ada juga penjual tanaman hias yang menjual tanaman dengan berkeliling. Mereka sering mangkal dan memajang tanaman hias dekat jalan masuk ke telaga. Jumlah penjual bunga Edelweis tidak banyak mengingat bunga ini sendiri termasuk bunga yang langka, hanya ada di dataran tinggi pegunungan, dan dilindungi oleh undang-undang pada kawasan tertentu. 

Dokumentasi pribadi: penjual jajan, baju, dan sayur

    Penjual keliling yang ada antara lain penjual jajanan seperti keripik singkong, keripik ubi manis, ampyang (kacang dengan gula merah dan jahe), susu segar dari Kampung Susu Lawu (KSL) Singolangu, dan nasi pecel. Pada pagi hari, penjual makanan ringan dan nasi pecel akan berkeliling ke hotel-hotel untuk menjajakan dagangannya. Pada malam hari, giliran penjual bakso dan sate berkeliling ke hotel-hotel. Sate yang dijual antara lain sate ayam dan sate kelinci. Terkadang harga keduanya sama, tetapi ada juga pedagang yang menjualnya dengan harga berbeda. Pada malam hari, penjual sate, cemue, bakso, dan ronde berjualan di dekat telaga.  

    Pada pagi dan siang hari, ada penyewaan speedboat dan kuda. Jasa sewa kuda ditemani dengan pawang kudanya akan berkeliling telaga sebanyak satu putaran. Jasa sewa speedboat ditemani sopir menawarkan keliling telaga sebanyak satu kali atau tiga kali. 

Dokumentasi pribadi: kondisi jalan di pinggir telaga

Pengamatan tanggal 13 Januari 2022
    Suasana pada pagi hari pukul 10.00 WIB sejuk dan cuacanya berkabut. Air telaga surut sehingga bagian dasar telaga dekat tembok pembatas kering. Banyak rumput dan sampah berukuran kecil di dasar telaga yang kering ini. Semua speedboat diparkir berhimpitan. Jumlah pengunjungnya belum banyak pada pagi hari. Beberapa penjual belum membuka lapaknya. Penjual baju dekat pintu masuk, penjual sayur, durian, dan makanan keliling sudah berjualan lebih pagi. Kuda-kuda sewaan sudah menanti wisatawan untuk diajak berkeliling telaga. Wisatawan yang menginap di hotel bersantai di balkon kamar mereka.

Dokumentasi pribadi: lapak penjual bunga Edelweis

    Penjual Edelweis menata dagangannya di samping toko baju. Terdapat papan harga jasa penyewaan speedboat dan kuda. Untuk sewa perahu di telaga satu kali putaran seharga Rp 70.000,00 dan tiga kali putaran seharga Rp 180.000,00. Untuk sewa kuda satu kali putaran seharga Rp 70.000,00. 

Dokumentasi pribadi: Kuda sewaan Bernama Charles menanti wisatawan

    Pengunjung yang menyewa kuda bisa menunggangi kuda berdua bersama anak kecil.  Pemilik kuda akan mendampingi dan menuntun kuda berkeliling sehingga pengunjung tidak perlu khawatir. Setiap kuda memiliki nama tertulis di pelana kuda dari pemiliknya, misalnya Charles. Sebaiknya pengunjung yang lewat di dekat kuda tidak berada di belakang kuda untuk menghindari kecelakaan tidak terduga seperti ditendang kuda.

    Tidak banyak tempat sampah yang tersedia sehingga pengunjung yang ingin membuang sampah harus membawanya dulu sampai menemukan tempat sampah. Saat pengamatan, ada petugas pemungut sampah yang berkeliling. Mereka memungut sampah yang dibuang sembarangan oleh pengunjung. 

Dokumentasi pribadi: taman di belakang deretan kios

    Ada taman kecil di belakang kios pedagang. Banyak pohon rindang dan kursi taman. Lokasinya yang berada di belakang deretan kios menyebabkan hanya sedikit wisatawan menuju ke taman. Pemandangan telaga dan gunung dari taman juga terhalang oleh kios-kios pedagang. Taman ini sering dipadati jasa penyewaan permainan anak seperti kereta mini, odong-odong, dan permainan memancing  saat musim liburan atau saat ramai wisatawan. Permukaan tanah di taman bersih dari rumput sehingga setelah hujan akan terkesan lembab. Beberapa warung yang menghadap taman tidak memiliki pelanggan seramai kios yang menghadap telaga. Keadaan taman ini perlu ada penataan ulang agar bisa seramai pinggir telaga.

    Ada banyak tangga yang dibangun untuk turun ke dasar telaga. Pembangunan untuk menambah tangga tersebut juga sedang dilakukan saat pengamatan. Pada saat musim kemarau, dasar telaga akan terlihat. Pengunjung bisa turun ke dasar telaga untuk bersantai atau berswafoto. Dasar telaga dipenuhi oleh batu-batu besar, cangkang kijing atau remis, dan rerumputan. Pada musim penghujan, air telaga akan naik.

    Pada pagi hari telaga sering dipenuhi oleh kabut tebal hingga jarak pandang terbatas. Namun, pada siang hari kabut akan memudar sehingga pulau di tengah telaga dan pemandangan gunung dari kejauhan terlihat dari pinggir telaga.

Dokumentasi pribadi

Sumber: 

    1. Telaga Sarangan.(2021, Juni 14). Diakses pada Januari 13, 2022 dari id.wikipedia.org: https://id.wikipedia.org/wiki/Telaga_Sarangan pukul 15.22 WIB

    2. Rahasia di Balik "Telaga Sarangan".(2012, Desember 11). Diakses pada Januari 13, 2022 dari https://www.kompasiana.com/: https://www.kompasiana.com/meinorma/551ac2e381331132019de14e/rahasia-di-balik-telaga-sarangan pukul 15.31 WIB

    3. Sarangan, Kisah Telaga Penuh Legenda Hingga Pasukan Polisi Ganjal Ban.(2019, Juni 9). Diakses pada Januari 13, 2022 dari https://nationalgeographic.grid.id/: https://nationalgeographic.grid.id/read/131750227/sarangan-kisah-telaga-penuh-legenda-hingga-pasukan-polisi-ganjal-ban?page=3 pukul 15.54 WIB

    4. Air Telaga Sarangan Surut, Sumbernya Dari Mana?(2021, Oktober 11). Diakses pada Januari 14, 2022 dari https://www.solopos.com/: https://www.solopos.com/air-telaga-sarangan-surut-sumbernya-dari-mana-1171237 pukul 13.34 WIB



Komentar