Menelusuri Madiun, Kota Pendekar

    Kota Madiun berada di Provinsi Jawa Timur. Kota ini mendapat julukan "Kota Gadis", "Kota Brem", "Kota Pecel", "Kota Budaya", "Kota Industri", "Kota Karismatik", dan "Kota Pendekar". Kota Madiun merupakan pusat dari Karesidenan Madiun yang terdiri dari Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Pacitan. 

Dokumentasi pribadi: Ikon Pencak Silat di Alun-Alun Kota Madiun

Awal Mula

    Madiun merupakan suatu wilayah yang dirintis oleh Ki Panembahan Ronggo Jumeno atau biasa disebut Ki Ageng Ronggo. Asal kata Madiun dapat diartikan dari kata medi (hantu) dan ayun-ayun (berayunan), maksudnya adalah bahwa ketika Ronggo Jumeno melakukan "Babat tanah Madiun" terjadi banyak hantu yang berkeliaran. Penjelasan kedua karena nama keris yang dimiliki oleh Ronggo Jumeno bernama keris Tundhung Medhiun. Pada mulanya kota ini tidak dinamakan "Madiun", tetapi Wanaasri.

    Sejak masa pemerintahan Kesultanan Mataram, Madiun menjadi  daerah mancanegara timur. Di wilayah Kota Madiun terdapat 2 kelurahan yang dahulu kala pada masa Pemerintahan Kesultanan Mataram, kedua kelurahan tersebut berstatus tanah pardikan yang bebas mengurus rumah tangganya sendiri, yaitu tanah pardikan Taman dan Kuncen. Kemudian, mempertimbangkan posisi geografis, dan ekonomis maka pusat pemerintahan bergeser ke utara di pinggir Bengawan Madiun, yang dinamakan Kutho Miring di wilayah kelurahan Demangan sekarang.

    Selama masa pemerintahan di Kutho Miring terjadi pemberontakan kepada pemerintahan Kesultanan Mataram di wilayah kabupaten Sawo Ponorogo. Akhirnya Bupati Madiun yang merupakan Bupati Mancanegara timur (dengan gelar RONGGO) yang wilayah kerjanya juga meliputi daerah Sawo Ponorogo, diberi tugas untuk memadamkan pemberontakan tersebut.

    Pengganti dari Ronggo Prawirodirjo II adalah putranya yaitu Kanjeng Ario Adipati Ronggo Prawirodirjo III atau Raden Ronggo Prawirodirjo III. Ia menggantikan ayahnya sebagai Bupati Karesidenan Madiun pada tahun 1795-1810. Karena ia juga berperan sebagai penasihat politik Sultan Hamengkubuwono II maka ia lebih sering tinggal di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ketimbang di Madiun.

    Pada masa Pemerintahan Herman Willem Daendels, Raden Ronggo Prawirodirjo III melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda pimpinan Daendels pada tanggal 20 November hingga 17 Desember 1810. Keraton terbelah menjadi dua kelompok yaitu yang mendukung Belanda dan kelompok yang menentang Belanda. Raden Ronggo termasuk dalam kelompok yang menentang Belanda. Belanda memaksa keraton untuk memberikan akses ke hutan jati di mancanegara timur Yogyakarta yang meliputi Padangan (Bojonegoro) dan Panolan (Blora) termasuk wilayah Madiun, daerah kekuasaan Raden Ronggo. 

    Berangkat dari Yogyakarta bersama 300 pasukan tanggal 20 November 1810, Raden Ronggo menuju Madiun dan memperkuat tembok kediamannya di Maospati dengan bambu runcing dan meriam. Setibanya di Maospati tanggal 28 November 1810, pasukan Belanda mengejar Raden Ronggo. Raden Ronggo juga meminta dukungan dari para bupati mancanegara di sekitar Madiun, namun Bupati Padangan saja yang merespon. Raden Ronggo akhirnya dikalahkan oleh Pangeran Dipokusumo. Lima belas tahun kemudian, terjadi Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro bersama dengan Sentot Prawirodirjo yang dikenal sebagai Sentot Ali Pasha atau Sentot Ali Basha yang merupakan putra dari Raden Ronggo Prawirodirjo III. 

Dokumentasi pribadi: Tugu Pencak Silat Proliman

    Setelah Perang Diponegoro berakhir, Belanda mulai memasuki Madiun. Pada tanggal 1 Januari 1832, Madiun resmi menjadi wilayah kekuasaan Hindia Belanda dan berstatus karesidenan dengan ibukota di Desa Kartoharjo (tempat istana Patih Kartoharjo) yang berdekatan dengan istana Kabupaten Madiun di Desa Pangongangan.

Jejak Hindia Belanda di Kota Madiun

    Seiring berjalannya waktu, Belanda membangun Kota Madiun dengan banyak bangunan berarsitektur Hindia Belanda. Salah satu contohnya adalah Gedung eks Kantor Residen di Jalan Pahlawan yang berarsitektur Indische Empire Style. Terlihat dari penggunaan kolom romawi di serambi depan dan atap perisai. Sepanjang Jalan Pahlawan, terdapat beberapa gedung peninggalan Belanda selain Gedung eks Karesidenan Madiun yang sekarang menjadi Rumah Dinas Bakorwil Kota Madiun. Gereja Santo Cornelius dan Balai Kota adalah beberapa bangunan yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan modern di Jalan Pahlawan. Balai Kota Madiun dulunya adalah Raadhuis. Gedung ini berarsitektur Nieuwe Bouwen. Balai Kota dan Gedung eks Karesidenan Madiun di Jalan Pahlawan  menandakan pemerintah Hindia Belanda dulu menempatkan semua objek vital kota dan pusat pemerintahannya di sepanjang Jalan Pahlawan. 

    Saat ini, sepanjang Jalan Pahlawan dibuat fasilitas mirip dengan Jalan Malioboro di Yogyakarta. Anda dapat menikmati keindahan malam hari dan suasana sekitar pusat perbelanjaan modern. Selain itu, anda juga bisa melihat panorama Balai Kota Madiun dan Patung yang mirip dengan Merlion di Singapura. 

    Bangunan-bangunan peninggalan Belanda di Madiun tersebar di seluruh bagian kota. Deretan bangunan pertokoan etnis Tionghoa dan rumah-rumah bekas milik warga Belanda masih bertahan hingga sekarang. Kompleks Bosbow (boschbouw merupakan kata dari bahasa Belanda, bosch berarti hutan/kehutanan, bouw berarti Gedung) berada di Jalan Diponegoro. Awalnya dibangun untuk Sekolah Pendidikan Calon Pamong Praja Kota Madiun / Opleideng School Voor Inlandsch Ambtenaren (OSVIA). Kemudian pada tanggal 26 Agustus 1939 menjadi Sekolah Kehutanan Menengah Atas Madiun atau Middlebare Boschbouw School te Madiun (MBS). Pendirian Sekolah Kehutanan Menengah Atas di Madiun ini karena sejak masa pemerintahan Kesultanan Mataram hingga masa Hindia Belanda, wilayah Madiun dan sekitarnya adalah kawasan hutan jati. Bahkan, hingga saat ini masih banyak kawasan hutan jati yang dikelola oleh Perhutani.

Perkembangan Kota Madiun Selanjutnya

Dokumentasi pribadi: menara di bangunan toko sepatu

    Jika anda mengunjungi Kota Madiun, anda dapat melihat deretan toko yang menjual berbagai macam barang dagangan. Namun, perhatikan lantai kedua bangunan toko tersebut. Terlihat fasad, papan nama, dan bentuk bangunan yang belum banyak berubah menjadi modern. Terdapat juga menara di atas toko yang ada di ujung Jalan Pahlawan. Sayangnya, menara ini tertutup oleh papan iklan besar. Di alun-alun Madiun juga terdapat bangunan peninggalan Belanda. Salah satunya adalah Bioskop Arjuno dan Rumah Kapitan Cina yang keduanya berada di sudut alun-alun Madiun. Kota Madiun punya 3 pabrik gula peninggalan Belanda antara lain Pabrik Gula Rejo Agung Baru, Pabrik Gula Pagotan, dan Pabrik Gula Kanigoro. 

    Perkembangan perkebunan tebu yang didukung oleh 3 keberadaan pabrik gula di Madiun harus didukung oleh transportasi untuk distribusi tebu dari perkebunan ke pabrik gula. Jaringan rel kereta api di kota Madiun dibangun oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) dan mulai beroperasi sejak tahun 1882. Pada jaman dahulu Madiun adalah tempat yang padat jalur kereta api, khususnya jalur kereta api tebu yang beberapa diantaranya terintegrasi dengan jalur kereta api Madiun-Ponorogo. PT INKA merupakan perusahaan kereta api pembuat gerbong dan kereta penumpang dengan teknologi dan fasilitas modern berskala besar dan menjadi satu-satunya di Asia Tenggara yang bergerak di bidang per kereta apian sehingga produknya sudah dikenal di mancanegara

Sekilas tentang Pemberontakan PKI di Madiun

    Pada tanggal 18 September 1948, terjadi pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Musso. Pemberontakan ini dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat, yang terdiri atas Partai Komunis Indonesia, Partai Sosialis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Pemuda Rakyat, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia. Berawal dari Perjanjian Renville yang merugikan Bangsa Indonesia menyebabkan kabinet Amir Syarifuddin jatuh dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Amir Syarifuddin beserta kabinetnya menjadi partai oposisi pemerintah dan membentuk Front Demokradi Rakyat. Amir Syarifuddin bergabung dengan Musso yang sudah lama tinggal di Uni Soviet dan kembali ke Indonesia dengan membawa paham Komunis. Mereka berniat menggulingkan pemerintah saat itu dan mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi Komunis. 

    Amir, Musso, dan golongan kiri lainnya berusaha untuk menguasai Solo, Madiun, Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, dan Wonosobo. Mereka mengadakan pengacauan dan adu domba di Surakarta untuk mengecoh fokus pasukan Siliwangi sementara Musso melakukan  kudeta di Kota Madiun untuk memproklamirkan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia. Pemerintah menunjuk Kolonel Gatot Subroto untuk memulihkan keamanan di Surakarta. Pemerintah Indonesia kemudian mengadakan operasi penumpasan dimulai pada tanggal 20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel A. H. Nasution. Musso yang melarikan diri ke daerah Sumoroto, di barat Ponorogo ditembak mati. Sementara itu, Amir Syarifuddin dan beberapa anggota golongan kiri yang melarikan diri ke Grobogan, Jawa Tengah berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Untuk memperingati peristiwa Madiun ini maka dibangun Monumen Kresek di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.

    Sumber:

    1. https://madiunkota.go.id/sejarah-kota-madiun/ (diakses tanggal 10/12/2020 jam 11.35 WIB)

    2. https://id.wikipedia.org/wiki/Ronggo_Prawirodirjo_III (diakses tanggal 10/12/2020 jam 11.42 WIB)

    3. https://id.wikipedia.org/wiki/Sentot_Prawirodirdjo#:~:text=Sentot%20Prawirodirdjo%20(1807%20%2D%20Bengkulu%2C,perang%20pada%20masa%20Perang%20Diponegoro (diakses tanggal 10/12/2020 jam 11.49 WIB)

    4. https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Raden_Ronggo (diakses tanggal 10/12/2020 jam 12.00 WIB)

    5. https://www.madiunpos.com/bosbow-madiun-dulu-asrama-pelajar-sekolah-kehutanan-kini-ditempati-tentara-1042791 (diakses tanggal 10/12/2020 jam 12.49 WIB)

    6. https://heritage.kai.id/page/Stasiun%20Madiun (diakses tanggal 10/12/2020 jam 13.28 WIB)

    7. https://id.wikipedia.org/wiki/Front_Demokrasi_Rakyat#:~:text=Front%20Demokrasi%20Rakyat%20(ejaan%20republik,didirikan%20pada%20bulan%20Februari%201948.&text=Pemimpin%20FDR%20adalah%20Amir%20Sjarifuddin (diakses tanggal 10/12/2020 jam 14.10 WIB)

    8. https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_PKI_1948 (diakses tanggal 10/12/2020 jam 14.15 WIB)

    9. https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun (diakses tanggal 10/12/2020 jam 14.29 WIB)

Komentar