Patung Kristus Sang Penebus

    Christ the Redeemer atau dalam bahasa Portugis disebut sebagai Cristo Redentor adalah patung Yesus Kristus yang sangat populer dan berada di atas gunung Corcovado. Dari arah manapun pengunjung Rio de Janeiro melihat patung ini pasti akan terlihat. Sehingga patung ini menjadi ikon kota Rio de Janeiro, Brasil. 

    Gunung Corcovado sebagai tempat pijakan patung setinggi 26 kaki (8 m) dan panjang tangan telentang 92 kaki (28 m) dalam bahasa Portugis berarti “bungkuk” merupakan gunug granit di barat pusat kota dengan puncak seluas 700 m dipilih sebagai tempat yang cocok untuk berdirinya sebuah patung yang tinggi megah menjulang seolah-olah menyambut kedatangan para wisatawan di Rio de Janeiro. Kawasan Gunung Corcovado berada di dalam Taman Nasional Hutan Tijuca.

    Christ the Redeemer yang berarti Kristus sang Penebus digambarkan dalam patung ini dalam keadaan dua tangan telentang membentuk salib yang menjadi simbol kekristenan  seluruh dunia. Karena berada di ketinggian berarti membutuhkan kerangka patung yang kuat sehingga dipilihlah beton bertulang dengan bahan batu soapstone.

Sekilas Tokoh
    Heitor da Silva Costa (25 Juli 1873- 21 April 1947) merupakan seorang insinyur Brasil yang berperan besar dalam pembnagunan patung Christ de Redeemer ini. Dimulai pada saat memenangkan sebuah rencana penyelesaian pembangunan patung monumental yaitu Kristus sang Penebus yang diselenggarakan oleh Gereja Katolik di Corcovado, Rio de Janeiro. Dalam pembuatan kerangka-kerangka patung, Heitor tak bekerja sendiri. Ia menggandeng beberapa pematug handal yang mampu mengerjakan setiap bagian-bagian patung ini. 

    Perancang tangan patung adalah Paul Maximilien Landowski (1 Juni 1875 – 31 Maret 1961) yang merupakan seorang pemahat patung asal Perancis. Kemudian ada Gheorghe Leonida, seorang pemahat patung dari Galaţi, Rumania. Sebelumnya, ia bertemu dengan Paul Landowski di Paris. Ia mendapatkan tugas membuat bagian kepala Christ the Redeemer. George Leonida mengerjakan bagian kepala patung mulai dari tahun 1926 dan selesai pada tahun 1931. Untuk bagian kerangka patung dibuat oleh Albert Irénée Caquot (1 Juli 1881 - 28 November 1976). Ia menggunakan desain beton bertulang untuk bagian internal patung.

Sejarah dan Awal Pembangunan Patung
    Sebenarnya, jauh sebelum adanya rencana pembangunan patung Christ the Redeemer di atas Gunung Corcovado, seorang Pendeta Vincentian, Pedro Maria Boss membuat sebuah rencana pembangunan sebuah patung Kristen monumental di atas Gunung Corcovado pada pertengahan 1850-an sebagai sebuah bentuk penghormatan kepada Putri Isabel, pewaris takhta Kekaisaran Brasil yang menyandang gelar putri kekaisaran. 

    Namun, rencana pembangunan ini tidak disetujui oleh Putri Isabel. Pada tahun 1889, permintaan pembangunan ini secara resmi ditolak saat negara berubah menjadi republik. Selain itu, karena adanya pemisahan antara gereja dengan negara, gagasan ini dihentikan. 

    Beberapa puluh tahun kemudian, rencana pembangunan patung ini kembali dibuka.pada tahun 1922 permintaan ini disetujui. Desain patung mulai dibuat dan mulai menuai perdebatan mengenai bentuk patung. Mulai dari penggambaran salib Kristen atau patung Yesus yang memegang bola dunia sambil berdiri di atas tumpuan yang melambangkan dunia. Pada akhirnya, penggambaran salib dipilih karena dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Kristus mengasihi semua dan akan menerima semua yang akan datang kepada-Nya. 

    Untuk menopang patung, Da Silva Costa memilih untuk menggunakan beton bertulang., tapi, karena bentuknya yang kasar menjadi penyebab kekhawatiran Da Silva Costa bahwa patungnya akan jadi tidak sesuai dengan yang diharapkan karena ia menginginkan kontur gambaran Kristus yang halus. Untuk mengatasi kekhawatirannya, ia mencari inspirasi dan menemukannya di sebuah air mancur sepanjang Champs Elysees di Paris. Ubin yang melapisi air mancur menonjolkan lekukannya persis seperti yang diharapkan oleh Da Silva Costa dalam rancangannya.

    Setelah mendapat jalan keluarnya, ia memperbarui rencana proyek dan dipilih soapstone sebagai lapisan luar yang memiliki kualitas bagus dan kemudahan dalam penggunaannya. Ia mendapatkan batu-batu soapstone dari Swedia. Konstruksi memakan waktu sembilan tahun, dari tahun 1922 sampai 1931 dan menghabiskan biaya setara dengan US $ 250.000 (setara dengan $ 3.400.000 pada tahun 2016). Monumen ini diresmikan dan dibuka pada tanggal 12 Oktober 1931.

    Pada bulan Oktober 2006, pada peringatan 75 tahun penyelesaian patung tersebut, Uskup Agung Rio, Kardinal Eusebio Oscar Scheid , menahbiskan sebuah kapel di bawah patung, yang diberi nama “ Our Lady of the Apparition” , yang mengizinkan orang Katolik mengadakan pembaptisan dan pernikahan di sana.

  Pada tanggal 10 Februari 2008, Petir menyambar patung tersebut saat terjadi badai dahsyat menyebabkan beberapa kerusakan pada jari, kepala dan alis. Pemerintah negara bagian Rio de Janeiro memulai upaya restorasi untuk mengganti beberapa lapisan soapstone luar dan memperbaiki penangkal petir pada patung tersebut. namun, petir merusaknya lagi, pada 17 Januari 2014 yang menyebabkan jari sebelah kanan copot.

    Pada tahun 2010, sebuah restorasi besar-besaran dari patung tersebut dimulai. Namun, vandalisme menyerang patung tersebut saat renovasi dengan menyemprotkan cat di sepanjang lengan. Walikota Eduardo Paes menyebut tindakan tersebut sebagai "kejahatan terhadap bangsa". Pelakunya kemudian meminta maaf dan menyerahkan diri ke polisi. 

    Pada tahun 2003, satu set eskalator , jalan setapak, dan lift dipasang untuk memudahkan akses ke platform yang mengelilingi patung tersebut. Pemulihan empat bulan di tahun 2010 terfokus pada patung itu sendiri. Struktur internal patung tersebut direnovasi dan penutup mosaik soapstone-nya diperbaiki dengan menghilangkan kerak jamur dan mikroorganisme lainnya serta memperbaiki retakan kecil. Batang petir yang terletak di kepala dan lengan patung juga diperbaiki, dan perlengkapan pencahayaan baru dipasang di kaki patung. Restorasi tersebut melibatkan seratus orang dan menggunakan lebih dari 60.000 buah batu yang diambil dari tambang yang sama dengan patung aslinya. 

    Semakin lama patung ini mengalami banyak perubahan karena faktor cuaca. Pekerjaan pemeliharaan seharusnya dilakukan secara berkala mengingat angin kencang penyebab erosi dan sambaran petir yang sewaktu-waktu menyambar patung ini lagi. Batu yang digunakan selama restorasi patung yaitu batu soapstone semakin lama semakin sedikit dan sudah sulit ditemukan. Batu ini diambil dari tambang dekat dengan Ouro Preto. Saat ini, tambang tersebut telah kering yang menyulitkan restorasi dalam mengganti soapstone. Diperkirakan resorasi besar-besaran berikutnya pada tahun 2020 akan sangat sulit menemukan batu soapstone yang asli. 

    Selain permasalahan yang tengah dihadapi dalam pemeliharaan, patung ini masuk dalam salah satu Tujuh Keajaiban Dunia Baru pada tanggal 7 Juli 2007.
 

Sumber: 
1. https://en.wikipedia.org/wiki/Christ_the_Redeemer_(statue)

Komentar